Struktur Pengurus Organisasi Citra Bhayangkara
Polsek Metro Tamansari
Jakarta Barat
(pada bulan Juni 2010)
Pembina Citra Bhayangkara Sekecamatan Taman Sari:
- KaPolSek Metro Taman Sari : Kompol Zain Dwi Nugroho, SH, Sik( Taman 1)
- WaKaPolsek Metro Taman Sari : AKP Sukatma SH ( Taman 2 )
Pengurus Tingkat Sektor :
Ketua Sektor : Yasin W.S, Bsc ( 2 Ambon)
Wakil Ketua Sektor : A Lili ( 2 Bandung )
Penasehat :
- Sugianto.W (2 Pati 1)
- Frans Wongkar (2 Pati 2)
- Rudy Widjaja (2 Pati 3)
Sekertaris :
- Ir.Hiendrianto Firdaus ( 2 Cepu 1 )
Bendahara :
- Wong Effendi (2 Demak)
- Winanto Soemanto (2 Demak1)
Humas :
- Syarifudin ( 2 Halong )
- Iwan Dayan ( 2 Halong 1 )
Monitoring :
- M.Agus Salim (2 Medan)
- Zazuli (2Medan1)
Operasional :
- Abdurrahim ( 2 Opak )
- M.Erik Widodo (2 Opak1)
Struktur Pengurus Organisasi Citra Bhayangkara
Tingkat Sub Sektor Sekecamatan Taman Sari :
Kel.Pinangsia :
• Pembina : Aiptu Mardi ( Taman 25 )
• Ketua : Jimmy Sutedja ( 25 Ambon )
• Wakil 1 : Hary Gunawan (25 Bandung)
• Wakil 2 : Nelvin Lam (25 Bandung 1)
• Sekertaris 1 : Adam Pasarali ( 25 Cepu )
• Sekertaris 2 : Maya Susiyanah (25 Cepu1)
• Bendahara 1 : Bahrudin ( 25 Demak )
• Bendahara 2 : Novita Kurniawan (25 Demak 1)
Kel. Glodok :
• Pembina : Aiptu Widodo As ( Taman 26 )
• Penasehat : Djin Man Koen ( 26 Pati )
• K e t u a : Abdul Kodir (26 Ambon )
• W a k i l : - Alex Lengga ( 26 Bandung )
- Oey Sie Sit/Sidik ( 26 Bandung 1 )
• Sekertaris : Ricky (Lie Swan Laij) ( 26 Cepu )
• Ali Saada (26 Cepu 1 )
• Bendahara: Oktaviana Livia Yusuf / Ling2 ( 26 Demak )
• Humas : Endang Dul Halim ( 26 Halong )
• Monitoring : Lie Suhardi / Denny ( 26 Medan )
• Operasional: - Dakrip ( 26 Opak )
• - Rusmani.F.Idris ( 26 Opak 2 )
Kel.Mangga Besar :
• Pembina : Aiptu Srijanto ( Taman 27 )
• K e t u a : Uba Saputra ( 27 Ambon )
• W a k i l : - SyahBudin ( 27 Bandung )
• Penasehat: Tjoe Kiki ( 27 Pati )
• H u m a s : Ujang Surya Atmaja ( 27 Halong )
Kel.Tangki :
• Pembina : Bripka Suyoto ( Taman 28 )
• K e t u a : Eki ( 28 Ambon )
• W a k i l : Kimiawan ( 28 Bandung )
• Sekertaris: Anwar Yasin ( 28.3 Timur )
• Humas : - Saari ( 28 Solo )
• - Rodjali bin Djamin ( 28.7 Bandung )
Kel. Keagungan :
• Pembina : Aiptu Pramono ( Taman 29 )
• K e t u a : M.Suntana E.S ( 29 Ambon )
• W a k i l : Muchtar Idin ( 29 Bandung )
• Sekertaris : - B. Achyudin ( 29 Cepu )
• - Reni Rosmawati Indah ( 29 Cepu 1 )
• Bendahara: - Endang Dahyar ( 29 Demak )
• - Kasjim ( 29 Demak 1 )
• H u m a s : - Sugiarto ( 29 Halong )
• - Joko Sarwono ( 29 Halong 1 )
• - Mahmud ( 29 Halong 2 )
• Monitoring: - Deddy Haryadi, Bsc ( 29 Medan )
• - Bayu Sapta Ajie ( 29 Medan 1 )
• - Deddy Haryadi, Bsc (29 Medan 2)
• Operasional: - Stevan Juandha Yusuf ( 29 Opak 1 )
Kel.Krukut :
• Pembina : Aiptu Sukitman ( Taman 2.10)
• K e t u a : Tan Hong Djin /Willy ( 2.10 Ambon )
• W a k i l : Andrie Kurniawan ( 2.10 Bandung )
• Sekertaris: Fahmi ( 2.10 Cepu )
• Bendahara: Wendy Wijaya ( 2.10 Demak )
• H u m a s : Bandar Ab.Salim ( 2.10 Halong )
• Monitoring: Ach Gojali ( 2.10 Medan 1 )
Kel. Taman Sari :
• Pembina : Bripka Muchtar ( Taman 2.11 )
• K e t u a : Herwanto Sukardi ( 2.11 Ambon )
• W a k i l : Irwansyah ( 2.11 Bandung )
• - Rendy Yuriza ( 2.11 Bandung 1)
• Sekertaris: Asmadi Ursi ( 2.11 Cepu )
• H u m a s : - M.Soleh ( 2.11 Flores )
• Operasional:- Herman Wijaya ( 2.11 Irian)
• - Irwansyah ( 2.11 Jepara )
Kel. Maphar :
• Pembina : Bripka Hendro Sutanto ( Taman 212 )
• Penasehat : (Agam) Febrian Sanjaya (Taman 212 Pati)
• K e t u a : Denywanto Apandi/Papi ( 2.12 Ambon )
• Wakil 1 : Dedy Suhendra / Jalu ( 2.12 Bandung )
• Wakil 2 : Didi Mulyadi (Taman 2.12 Bandung 1)
• Sekertaris : Drs John Ramli ( 2.12 Cepu )
• Bendahara: Adi Gunawan (Taman 212 Demak)
• Seksi – Seksi :
• H u m a s : Mad Syah ( 2.12 Halong )
• Humas 2 : Diding (Taman 212 Halong 1)
• Monitoring : Jhony Malawi (Taman 212 Medan)
Jakarta, 18 Juni 2010
Sekertaris Citra Bhayangkara Polsek Metro Taman Sari
Ir. Hiendrianto Firdaus
(Taman 2 Cepu 1)
Kapolres Jakarta Barat - Kombes Pol Royche Harry Langie, Sik,Mh = setijab 20160804
Kapolsek Metro Tamansari - Jkt Brt - AKBP Nasriadi, SH,Sik,Mh setijab 20160606
Kanit Binmas Metro Tamansari, Jakarta Barat - Kompol Bejo - 201505
Jumat, 18 Juni 2010
Sabtu, 29 Mei 2010
Sejarah singkat Polda Metro Jaya
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH
METROPOLITAN JAKARTA RAYA DAN SEKITARNYA
Jl.Jenderal Sudirman Kav. 55 Jakarta Selatan 12190
Telp (021) 5234021, 5234217, 5234207 Fax 5708022
Pengaduan SMS 1717 dan Call 112
Admin
Tamansari
http://www.metro.polri.web.id/home/sejarah-singkat
polsek.metro.tamansari@metro.polri.web.id
citrabhayangkara@gmail.com
www.citrabhayangkara.blogspot.com
Lokasi Polda Metro Jaya
Peta Jakarta
Peta Jabodetabek
Sejarah Singkat Polda Metro Jaya
Cikal bakal Kepolisian Jakarta di bentuk oleh penjajah Belanda. Ini terjadi sejak penduduk Belanda terhadap bangsa Indonesia, jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Setelah Kemerdekaan Rl, pembentukan Kepolisian Kota Jakarta belum sepenuhnya dapat dilaksanakan Bangsa Indonesia, sebab, saat itu jawatan Kepolisian Negara masih sangat sederhana. Akibatnya, Kepolisian Kota Jakarta masih tetap melanjutkan system Kepolisian yang dibentuk pada masa pendudukkan Jepang, Inilah yang menyebabkan penulisan sejarah hari jadi Polda Metro Jaya diawali dari sejarah Kepolisian Batavia di tahun 1936 (sesuai Regeerings Almanak Halaman 287 Voor Nederlandsch Indie 1941 Tweede Gedeelte yang disusun Belanda selama berada di Indoneisa).
1. Hoofdbureau Van Politie Batavia
2. Penduduk Jepang
3. Pertempuran Kota Jakarta
4. Masa Awal Kemerdekaan (1945)
5. Agresi Belanda (1945-1949)
6. Hari Lahir Polda Metro Jaya
7. Kantor Polisi Komisariat Jaya Pindah
8. Perubahan Nama
9. Para Mantan Kapolda Metro Jaya
Sejarah Singkat Polda Metro Jaya
Cikal bakal Kepolisian Jakarta di bentuk oleh penjajah Belanda. Ini terjadi sejak penduduk Belanda terhadap bangsa Indonesia, jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Setelah Kemerdekaan Rl, pembentukan Kepolisian Kota Jakarta belum sepenuhnya dapat dilaksanakan Bangsa Indonesia, sebab, saat itu jawatan Kepolisian Negara masih sangat sederhana. Akibatnya, Kepolisian Kota Jakarta masih tetap melanjutkan system Kepolisian yang dibentuk pada masa pendudukkan Jepang, Inilah yang menyebabkan penulisan sejarah hari jadi Polda Metro Jaya diawali dari sejarah Kepolisian Batavia di tahun 1936 (sesuai Regeerings Almanak Halaman 287 Voor Nederlandsch Indie 1941 Tweede Gedeelte yang disusun Belanda selama berada di Indoneisa).
Hoofdbureau Van Politie Batavia
Di masa penjajahan Belanda, Kepolisian Daerah Jakarta disebut Hoofdbureau Van Politie Batavia atau Kantor Besar Kepolisian Jakarta. Letaknya di Jl. Medan Merdeka Barat (Koningsplein West). Berhadapan dengan Jl. Museum dan berdampingan dengan lapangan Ikada (sekarang sudah berubah menjadi Taman Monas). Saat itu Jakarta hanyalah sebuah Kota Keresidenan. Kantor Keresidenan Batavia berada di Gedung Fatahilah (sekarang Museum Fatahilah).
Pada tahun 1936 Kepala Polisi Batavia dijabat orang Belanda bernama Pieter Dekker dengan pangkat Hoofd Commisaris Van Politie dan wakilnya Adjunct Hoofd Commissaris Louise Dekker. Sementara anggotanya yang berpangkat Agen Polisi sampai Hoofd Posthuis Commandant merupakan pura-pura pribumi. Mereka memperoleh pendidikan langsung dari Belanda di Sekolah Polisi Sukabumi. Saat itu tak seorang pun putra Indonesia bisa menjadi Kepala Polisi. Bahkan, tak ada satu pun yang menjadi Kepala seksi (polsek) dan sub seksi (pos polisi).
Belanda membentuk Kepolisian Batavia, sama seperti di Kota lain di seluruh Nusantara. Yakni, untuk mencegah dan menanggulangi kasus kejahatan pidana maupun kejahatan ekonomi yang dilakukan para pribumi. Namun sering juga lembaga kepolisian (khususnya fungsi Intel PID) digunakan untuk mencegah berkembangnya pemikiran rakyat menuju kemerdekaan Bangsa Indoneisa. Sementara polisi lalulintas ditempatkan di pusat- pusat keramaian. Pusat perekonomian, bioskop, dan pasar. Mereka juga ditugaskan untuk mengatur dan mentertibkan sepeda-sepeda dijalanan di sekitar sekolah-sekolah Belanda.
Pada masa itu organisasi Kantor Besar Polisi Jakarta (Hoofdbureau Van Politie) masih sanggat sederhana. Gangguan terhadap kamtibmas pun tidak sekomplek sekarang. Fungsi kepolisian hanya sebatas Reserse Kriminal (Crimenele Recherse), Reserse Ekonomi (Economise Recherse Inlichtingen Dienst), Indentifikasi dan Fotografi (Dactyloscopic & Fotografie), Lalu Lintas (Voerwezen Verkeers Politie), Polisi Susila (Zeden Politie), dan Magazijn (perlengkapan), dan Bagian Administrasi (Administrate).
Kantor Besar Polisi Jakarta sendiri memiliki tujuan seksi (Politic Sectie dan Lima Rand Detaehement (Sub Sectie), Yaitu;
Polisi Seksi I : Tanjung Priok (Sekarang jalan Raya Pelabuhan)
Polisi Seksi II : Glodok (Sekarang Pusat Pertokoan)
Polisi Seksi III : Pasar Baru (Sekarang Pusat Pertokoan)
Polisi Seksi IV : Polsek Jati / Gambir (Sekarang Polsek Gambir jatibaru)
Polisi Seksi V : Menteng (Sekarang Polsek Menteng)
Polisi Seksi VI : Prapatan Kwitang (Sekarang Pos Brimob kemudian pindah ke Kramat Raya sekarang Polres Jakarta Pusat)
Polisi Seksi VII : Jatinegara (Sekarang Polres Jakarta Timur)
Sedangkan sub seksi (Rand Datachement 5) antara lain:
Pesing
Karet
Palmerah
CempakaPutih
Pasar Rebo
Di samping Kantor Besar Polisi Jakarta Raya yang berkedudukan di Koningsplein West, kota Jakarta masih memiliki satu Badan Kepolisian lain yaitu Kantor Polisi Keresidenan Kota (Veld Politie) yang meliputi wilayah:
Bekasi
Cililitan Besar
Tangerang (terdiri dari Seksi Kota Tangerang, Balaraja, Curug. dan Mauk)
Kebayoran (Sekarang Polres Jakarta Selatan).
Kependudukan Jepang
Pada 5 maret 1942 Batavia jatuh ke tangan tentara jepang. Tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda resmi meyerah tanpa syarat kepada tentara Dai Nippon. Kedatangan jepang ke Indonesia membawa dampak timbulnya semangat kebangsaan dan harga diri pada masyarakat, khususnya para pemuda Indonesia. Sehingga mendorong dan menimbulkan semangat untuk berjuang mewujudkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Sementara pihak jepang, begitu menguasai Indonesia langsung mengeluarkan Undang-undang No.42 Tahun 1942 tentang perubahan Tata Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Undang-undang ini Batavia yang tadinya hanya Kota Keresidenan berubah menjadi Kota Istimewa / Luar Biasa (Tokubestu Shi) dan langsung di bawah Kepala Pemerintahan Tentara Jepang (Gunseiken). Salah satu tugas pentingnya melaksanakan pemerintah dan sekaligus pengawas Kepala Kantor Besar Polisi Jakarta.
Kemudian Kepala Pemerintahan Tentara Jepang melalui Surat Maklumatnya menyatakan, mulai 8 Desember 1942, tepatnya pada hari pembangunan Asia Raya mengubah nama Batavia menjadi Jakarta, Memang, di awal pendudukannya, Jepang banyak mengubah system pemerintah yang dilakukan Belanda, walaupun tidak meyeluruh. Namun, stuktur dan susunan organisasi instansi masih banyak mengacu kepada peninggalan Belanda.
Demikian juga dengan kepolisian, Jepang membentuk Kantor Pusat Kepolisian di Jl. Juanda, Jakarta. Kantor pusat ini membawahi berbagai cabang sekolah-sekolah kepolisian dan badan-badan lain yang diangap perlu pada masa itu. Adapun organisasi Kepolisian yang di bentuk Jepang di Jakarta ialah Jawatan Kepolisian Negara (Keimbu) di Jl. Juanda. Kepala jawatannya dijabat Keisi R Kahar Koesman Sosro danukusumo.
Di Jakarta terdapat dua bagian Badan Kepolisian yang mempunyai wilayah tugas berbeda. Yaitu Kepolisian Istimewa Jakarta Kota dan Kepolisian Keresidenan Jakarta. Kepolisian Istimewa Jakarta Kota (Jakarta Tokubetsu Shi Keisatsu Sho) disamping Keisi Mas Rangga Sutandoko, yang membawahi tujuh seksi dan lima kantor polisi luar kota, yakni:
Seksi Tanjung Priok
Seksi Glodok / Pesing
Seksi Pasar Baru
Seksi Jati Baru/karet
Seksi Prapatan / CempakaPutih
Seksi Menteng
Seksi Jatinegara
Seksi Polisi Bekasi
Seksi Polisi Depok
Seksi Polisi Pasar Minggu / KramatJati
Seksi Polisi Tangerang
Seksi Polisi Kebayoran / Pal Merah
Kepolisian Keresidenan Jakarta (Jakarta Sun Keisatsu Sho) dipimpin oleh Kaisi R Said Tjokrodiatmodjo. Wilayah tugas meliputi:
Balaraja
Curug
Mauk
Tangerang (Luar)
Bekasi (Luar)
Kebayoran Lama
Cikarang
Cikampek
Subang
Pegaden Baru
Pamanukan
Sukamandi
Segala Herang
Disamping membentuk badan-badan kepolisian dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, jepang selanjutnya mengangkat Putra-putri Indonesia untuk menduduki jabatan-jabatan penting di kepolisian. Walaupun mereka diberikan jabatan Kepala Polisi, Jepang tidak melepaskan begitu saja kekuasaannya. Terbukti, Jepang mengangkat seseorang dari Kepolisian jepang sebagai Kempetai (semacam provost). Tugasnya, untuk mengawasi segala pelaksanaan tugas setiap Kepala Polisi Keresidenan, Kepala Polisi Kota dan Luar Kota serta kepa seksi-seksi dan sub seksi-seksi. Kempetai bergerak tidak di bawah pimpinan Kepolisian Kota Jakarta.
Setelah Jepang menyerah pada Sekutu, pada 19 Oktober 1949 di Gambir Timur No. 18 Jakarta diadakan persetujuan antara Polisi Jakarta yang diwakili oleh Kepala Polisi Jakarta M. Sidik Adisaputra dengan pimpinan Militery Police Sekutu, yang diwakili Mayor Harding, Kapten Smith, Mayor Masse, dan Kapten Baules. Intinya menghasilkan kesepakatan tentang kewenangan Polisi Jakarta di dalam tugasnya mengamankan Kota Jakarta. Ternyata kesepakatan ini tidak ditepati. Terbukti, banyak insiden dilakukan oleh MICA.
Lalu pada 17,18,19 Nopember 1945 Inggris / NICA menggerakan pasukan yang kuat dengan menggunakan tank-tank dan mobil berlapis baja, untuk membersihkan kawasan Senen, dengan sasaran utamanya Balai Muslim dan kantor polisi di Prapatan. Pertempuranpun tidak dapat dihindarkan dan menjalar keseluruh kota Jakarta, Petamburan, jalan Hotel Des Indes Capitol, Senen, Jatinegara, Tanah Tinggi, Raden Saleh, Cikini, Tanah Abang, Kebon Sirih, Petojo Jaga Monyet, dan lainnya. Pertempuran di Kota Jakarta ini merupakan salah satu aksi perjuangan tersebar dan terakhir di dalam Kota Jakarta.
Penyerbuan tentara Inggris / Belanda mencapai puncaknya pada 29 Desember 1945. Semua kantor - kantor lain di Jakarta dikepung serta diduduki Inggris. Kemudian senjatanya dilucuti dan beberapa anggota polisi Indonesia yang berada di jalan pun ditangkapi. Mereka kemudian ditahan di Kantor Besar Polisi Jakarta, termasuk diantaranya Kepala Kepolisian Negara (KKN) RS Soekarno bersama ajudannya IP II Subianto. Setelah adanya penolakan kerja sama antara Polisi Rl yang disampingkan R Said Soekanto Tjokrodiatmodjo kepala Komisaris Besar Polisi Belanda Noordhoorn,
Sejumlah polisi Indonesia yang ditangkapi dibebaskan tanpa melalui proses pemeriksaan. Sebagian lagi tetap ditahan dan baru dibebaskan setelah penyerahan kedaulatan Rl.
Setelah membubarkan polisi Republik Indonesia di Jakarta sebagai gantinya Belanda membentuk Polisi International yang disebut CP (Civil Police). Tugasnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban di Jakarta. Anggotanya terdiri dari orang Inggris, Belanda dan Indonesia, dengan masing-masing kekuatan 300 orang. Mereka ditempatkan di bagian-bagian terpisah dan menangani secara tersendiri perkara-perkara yang ada. Polisi dari Inggris bernama Letnan Kolonel Harding dibantu Komisaris Polisi Yusuf Martadilaga dari Polisi Republik Indonesia, dan Noordhoon Letnan Kolonel Kooistra dari Belanda.
Dengan bantuan tentara sekutu / inggris, dalam waktu singkat Belanda / NICA berhasil memperkuat kedudukannya di Jakarta. Daerah-daerah yang telah dikuasai Inggris secara berangsur-angsur dialihkan ke tangan Belanda. Sehingga posisi tentara Belanda di Jakarta semakin kuat saja. Sebaliknya Pemerintah Rl semakin terjepit.
Melihat keadaan Jakarta semakin panas, setelah adanya percobaan pembunuhan terhadap Perdana Menteri Sutan Syahrir oleh golongan ekstrimis Belanda, pada 2 januari 1946 petang, Pemerintah Rl mengambil keputusan untuk mengungsikan Presiden dan Wakil Presiden berserta keluarganya ke Yogyakarta. Lalu, Kepala Kepolisian Negara memerintahkan secara rahasia kepada Inspektur PoIisi II Mardjaman agar mengawal Presiden dan Wakil Presiden berserta keluarganya naik kereta api menuju Jawa Tengah. Inspektur Polisi Mardjaman berserta wakil Inspektur Polisi II Winata dengan satu seksi pasukan Polisi Istimewa melaksanakan tugas tersebut secara rahasia.
Saat bersamaan disetiap daerah yang didatangi pasukan Sekutu selalu terjadi insiden yang mengakibatkan pertempuran antara tentara Sekutu dengan Polisi Indonesia, yang dibantu rakyat Indonesia. Sementara intelejen Kepolisian Indonesia mendapat informasi bahwa Kemerdekaan Rl tidak akan diakui pihak Sekutu. Mendengar informasi tersebut tokoh-tokoh Kepolisian Rl mengadakan rapat untuk menentukan sikap terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi. Sikap Kepolisian Jakarta sendiri tegas dan jelas, yakin hanya mengakui kekuasaan Negara Republik Indonesia. Komisaris Polisi I R Kahar Koesman Sosrodanukusumo yang dipekerjakan Kejaksaan Agung dipilih untuk memimpin utusan yang akan memenuhi pimpinan tentara Inggris guna memberi penjelasan tentang sikap Kepolisian Rl.
Komisaris Polisi I R Kahar Koesman Sosrodanukusumo berhasil meyakinkan pimpinan tentara Inggris tentang kesungguhan sikap dan tekat Kepolisian Rl dan sebagai hasil-hasilnya ialah bahwa Kepolisian tetap menjalankan tugasnya dengan tetap memiliki alat-alat persenjataannya. Adapun tentara Jepang lambat laun di tarik dan diganti oleh tentara Inggris dengan Polisi Militernya, yang terdiri dari bangsa Inggris, India, dan Gurkah " Disamping membentuk badan-badan kepolisian dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, Jepang selanjutnya mengangkat Putra-putri Indonesia untuk menduduki jabatan-jabatan penting di kepolisian.
Walaupun mereka diberikan jabatan Kepala Polisi, Jepang tidak melepaskan begitu saja kekuasaannya"
Meski sekutu terus melakukan tekanan, pasukan Polisi Istimewa jawatan Kepolisian Negara Yang dipimpin Komisaris Polisi II Kenapi ditugaskan untuk menjaga keselamatan Presiden, Wakil Presiden, para mentri, dan Kepala Kepolisian Negara. Sementara Kepolisian kota Jakarta ditugaskan menyelengarakan dan memelihara keamanan serta ketertiban dalam Kota. Sedangkan Kepolisian keresidenan Jakarta menyelenggarakan pimpinan atas kesatuan-kesatuan polisi di seluruh Keresidenan Jakarta.
Jadi, dalam tiap-tiap Keresidenan Polisi dikepalai seorang Korpschef, yakni Kepala Polisi keresidenan. Kepala Polisi membawahi semua kepala polisi yang ada di lingkungan keresidenan, baik yang disebut Kepala Polisi Kabupaten, Kepala Polisi Luar Kota, Kepala Polisi Kota atau Kepala Datasemen. Sedangkan Kepala Polisi Keresidenan berada dibawah pengawasan teknis dari kepala Penilik Kepolisian, yang dibentuk di tiap-tiap propinsi.
Pertempuran Kota Jakarta
Walaupun Inggris sudah memberikan pengakuan resmi terhadap Kemerdekaan Rl tapi Bangsa Indonesia tetap curiga terhadap Inggris, yang ingin memulihkan kekuasan Belanda di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari berbagai provokasi NICA (Netherlands Indi Civil Administration) yang menyakitkan hati rakyat Indonesia serta memaksa pemerintah Rl dan Polisi Jakarta agar tunduk terhadap keinginan mereka. Melihat situasi ini, untuk sementara Kantor Polisi Keresidenan Jakarta Raya dan berserta anggotanya mengungsikan. Lalu, memindahkan kantornya ke subang, Jawa Barat sambil terus melakukan grilya bersama para pemuda Indonesia. (Wawancara dengan Kolonel Polisi (Purn) H. Koenoro).
Pengungsian dilakukan setelah banyak polisi RI di Jakarta ditangkap dan ditahan tentara Sekutu dan Belanda. Dari lokasi pengungsian, anggota polisi Jakarta terus melakukan perlawanan dan pertempuran grilya dengan membentuk Badan-badan Komando. Hal inilah yang kemudian mendorong Kepala Kepolisian Negara RS Soekanto menugaskan IP II R Mardjaman Tjokrodiredjo untuk duduk di dalam badan komando tersebut sebagai dukungan Kepolisian Rl terhadap Perjuangan Polisi Jakarta. Badan komando ini selalu berusaha untuk mempersenjatai pasukan-pasukan pemuda rakyat dan para polisi yang berperang grilya di Jakarta dan Kota-kota lain di seluruh lndonesia.
Saat itu Polisi di Jakarta sangat terkenal dengan barisan Polisi Macan, dengan pimpinan IP II Paimin Salikan. Terakhir, Paimin menjadi pelatih olah raga di Perguruan Tinggi llmu Kepolisian (PTIK).
Masa Awal Kemerdekaan (1945)
Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945, tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno dan Moh Hatta memproklamasikan. Kemerdekaan Republik Indonesia. Lalu, pada sidang hari kedua panitia Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Jawatan Kepolisian Negara merupakan bagian dari Kementrian Dalam Negri. Ini terjadi pada 29 September 1945.
Pemerintah Rl mengangkat Komisaris Polisi Tk I Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo yang juga mantan pimpinan Sekolah Polisi Negara di Sukabumi sebagai Kepala Kepolisian Negara. Sejak itu mulai dilakukan suatu usaha pembentukan Kepolisian Nasional di Negara Republik Indonesia. Pada masa itu masalah transportasi dan komunikasi sangat sulit dilakukan. Belum ada sarana dan prasarana yang memadai, untuk mengkoordinasikan wilayah Republik Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Sehingga Jawatan Kepolisian Negara belum dapat melakukan kegiatan pembinaan maupun konsolidasi Daerah. Akibatnya, dalam mengembangkan dan meningkatkan organisasinya Kepolisian Daerah hanya berdasarkan kepada kemampuan, kecakapan, dan keberanian serta kebijaksanaan masing - masing pimpinan.
Agresi Belanda (1945-1949)
Tak lama setelah proklamasi Kemerdekaan Rl, tepatnya pada 16 September 1945 mendarat kapal perang Inggris bernama Cumberland, yang kemudian pada 29 September 1945 diikuti kapal perang Belanda bernama Tromp dengan Dr.Ch D Vanderplas di dalamnya. Lalu, pada 6 Oktober 1945, sebanyak 200 tentara Sekutu (Inggris), termasuk 100 serdadu Belanda dipimpin jenderal Sir Philip Christison mendarat lagi. Saat mendarat di Jakarta, tentara sekutu mengikutsertakan pejabat-pejabat NICA, di antaranya Vanderplas.
Pasukan Inggris memang sudah mengatur hal ini, sesuai dengan perjanjian antara Inggris dan Belanda di Cheouers (sebuah tempat di selatan London) pada 24 Agustus 1945, yang kemudian dikenal dengan nama Civil Affairs Agreement. Adapun bunyi perjanjian tersebut: "............ Telah tercapai kata sepakat, bahkan"
Kepala Pemerintah Tentara jepang melalui Surat Maklumatnya menyatakan, mulai 8 Desember 1942, tepatnya pada hari pembangunan Asia Raya nama Batavia di ubah menjadi Jakarta" Pemerintah Hindia Belanda, secepat dan sepraktis mungkin akan diberikan kembali tanggung jawab sepenuhnya atas Pemerintah Sipil di wilayah Hindia Belanda. Bila menurut pertimbangan situasi militer maka Panglima Tertinggi Sekutu akan segera memperintahkan Letnan Gubernur Jenderal untuk kembali bertangung jawab atas pemerintah sipil. Pemerintah Hindia Belanda. Dinas Administrasi serta peradilan Belanda dan Hindia Belanda, Dinas Administrasi serta peradilan Belanda dan Hindia Belanda akan dilaksanakan oleh pembesar-pembesar Hindia Belanda, sesuai dengan hukum yang berlaku di Hindia Belanda..."
Tentara Sekutu dan Bn yang awalnya telah mengakui secara de facto Pemerintah Rl sebagai hasil perundingan antara kedua belah pihak pada 1 Oktober 1945, ternyata sangatlah berlawanan dengan apa yang mereka perbuat bagi orang-orang Indonesia. Situasi ini membuat Soekarno memindahkan pemerintah Rl ke Yogyakarta. Pada 4 Januari 1946 sampailah dengan selamat para pemimpin RI di Yogyakarta. Mulai saat itu, secara resmi Pusat pemerintah Rl dipindahkan Ke Yogyakarta dengan perwakilannya di Jakarta. Demikian pula Kepolisian Negara mengikuti Departemen Dalam Negri berpindah ke Purwokerto. Sementara Kepolisian Keresidenan Jakarta memindahkan markasnya ke Subang, Jawa Barat.
Walaupun demikian Jakarta masih tetap pusat diplomasi Pemerintah Rl dengan Belanda dan negara-negara lain. Sebab, Perdana Mentri sutan Syahrir masih tetap berada di Jakarta. Untuk mempermudah koordinasi pada 1 Desember 1947, Jawatan Kepolisian Negara secara resmi ditetapkan berkedudukan dan berkantor satu atap dengan Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta di Jl. Reksabayan. Dalam upaya mengembangkan dan membangun serta memperlancar tugas Kepolisian Rl, pada 1 Juli 1946 melalui Penetapan Pemerintah No.11/SD/1946 jawatan Kepolisian dikeluarkan dari lingkungan Kementrian Dalam Negri dan dijadikan jawatan tersendiri, yang langsung di bawah pimpinan Perdana Mentri Rl.
Selanjutnya dikeluarkan Penetapan Pemerintah No.19A/SD/1946 yang menentukan Kepala Daerah (Gubernur dan presiden) tetap bertanggung jawab atas ketentraman dan Keamanan dalam daerah masing-masing dan sekaligus memegang kepolisian daerah. Dengan adanya penetapan tersebut, Kepolisian Negara Rl menjadikan sebagai Hari Kepolisian atau HUT Bhayangkara.
Hari Lahir Polda Metro Jaya
Sebelum penyerahan kedaulatan atas wilayah RI kepada Bangsa Indonesia melalui penandatangan naskah perjanjian antara Moh Hatta dengan Ratu Juliana di Belanda tanggal 27 Desember 1949, badan-badan kepolisian berangsur-angsur sudah diserah terimakan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sebab itulah pada 6 Desember 1949 Kepala Kepolisian Negara membentuk Kepolisian Komisariat Jaya dan mengangkat Komisaris Basar Politik Tk I R Ating Natadikusuma sebagai kepala Kantor Komisariat Jaya, yang berkantor di Jl. Medan Barat.
Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah lahirnya Kepolisian Daerah Jakarta Raya dan sekitarnya (saat ini Polda Metro Jaya). Pada saat itu sebagian besar staf Kepolisian Jakarta masih orang Belanda, sehingga praktis Kepala Kantor Kepolisian Komisariat Jaya belum dapat berbuat banyak sesuai kebijakan Kepala Kepolisian Negara
Selanjutnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban Kota Jakarta menjelang penyerahan kedaulatan, Kepolisian Jakarta diperkuat tiga Kompi Brimob, masing-masing dari Kepolisian Kota Surabaya, Kepolisian Jawa Tengah. dan Kepolisian Yogyakarta / Jawa Tengah.
Pada waktu itu, jenderal Polisi Soetjipto Danukusumo sebagai Komandan Mobile Brigade Kepolisian (MBK) turut serta mengantarkan satu kompi MBK. Mereka berangkat pada 15 Desember 1949 dari Surabaya ke Jakarta melalu Semarang.
"Sejalan dengan perencanaan tata kota Jakarta, pada tahun 1963 saat Brigjen M Suhud menjabat Kepala Polisi Komisariat Jaya, kantor Polisi Komisariat Jakarta Raya pindah ke Jl Sudirman No.45 Jakarta Selatan. Kepindahannya dilakukan bertahap. Awalnya, kantornya adalah bangunan berlantai dua yang menghadap ke lapangan sabhara (Bangunannya masih berdiri hingga kini)"
Beberapa hari kemudian muncul lagi satu Kompi Brimob dari Yogyakarta / Jawa Tengah dipimpin Inspektur Polisi R Soebroto Darsoprajitno. Ketiga Kompi Brimob ini bergabung menjadi satu di bawah pimpinan Komisaris Polisi Soedarsono dan wakilnya Inspektur Polisi Soetjipto joedodihardjo.
Kantor Polisi Komisariat Jaya Pindah
Sejalan dengan perencanaan tata kota Jakarta dimana Taman monas akan dijadikan paru-paru kota, maka pada tahun 1963 saat Brigjen M Suhud menjabat Kepala Polisi komisariat Jakarta Raya pindah ke Jl. Sudirman No. 55 Jakarta Selatan. Kepindahaannya dilakukan bertahap. Awalnya kantornya adalah bangunan berlantai dua yang menghadap ke lapangan Sabhara (bangunannya masih berdiri hingga kini).
Setelah itu presiden Soekarno menyediakan lahan seluas 17 hektar untuk membangun Kantor Polisi Komisariat Jakarta. Namun, dalam perkembangan pembangunannya ternyata lahan yang ada 7 hektar. Mengapa ini terjadi? Tidak seorangpun mengetahuinya (Arsip Ditlog Polri). Pada masa itu anggaran yang disiapkan untuk membangun gedung utama mencapai Rp. 4 miliar. Anggaran dikeluarkan Pada tahun 1967 terjadi penggantian pangdak dari Irjen Polisi Drs Soebroto Brotodirdjo SH kepada Mayjen Polisi Drs. Soekahar. Saat itu kembali terjadi penggantian nama menjadi Komando Daerah Kepolisian Metro Jaya (Komdak Metro Jaya). Ini dilakukan setelah Gubernur Ali Sadikin menyatakan Kota Jakarta sebagai kota metropolitan.
Direktur Keuanagan Mabes Polri KBP R Moh Saleh. Pada awal pembangunan kantornya di Jl Jenderal Sudirman 45, Kepala Komisariat dijabat Brigjend Raden Mas Sawarno Tjokrodiningrat. Pembangunannya dilaksanakan Abdul Kadir Kalabat seorang mayor purnawirawan TNI AD yang juga Dirut PT. Gatuni. Perusahaan ini merupakan rekanan Mabes Polri.
Sayangnya, pembangunan ini tidak berjalan lancar, sebab pada saat itu anggaran keuangan terbatas, sehingga mengalami kemacetan dalam pembayaran. Selain itu terjadi inflansi, sehingga perhitunggan anggaran di ulang dan disesuaikan dengan perubahan nilai mata uang rupiah. Akibatnya pembangunan gedung utama setinggi enam lantai baru selesai dibangun pada tahun 1970. saat itu. Mayjen Polisi Drs. Sukahar sebagai pangdak Metro Jaya. Pada saat selesai pembangunannya tidak dilakukan secara seremonial sebagai tanda peresmian dipakainya gedung baru tersebut. Setelah bangunan gedung utama selesai dua lantai, barulah ruangan Pangdak VII Jaya pindah ke ruangan lantai dua (hingga saat ini Kapolda Metro Jaya masih tetap mengunakannya sebagai ruangan kerja)
Perubahan Nama
Polda Metro Jaya sebelumnya telah beberapa kali mengalami penggantian nama. Dimasa pendudukan Belanda, Kantor Besar Kepolisian Jakarta disebut Hoofdbureau Van Politie. Setelah Jepang mengambil alih pemerintahan, Hoofdbureau Van Politie Batavia berubah nama menjadi Jakarta Tokubestsu Shi Kaisatsu Sho diambil alih oleh Polisi Republik dan namanya diubah menjadi Kantor Besar Polisi Jakarta. Menjelang belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia dibentuk kepolisian di Jakarta dengan nama Kantor Polisi Komisariat Jaya (Kapekomjaya).
Kemudian tahun 1965 pada saat Kepala Kantor Polisi Komisariat Jaya dijabat Brigjen Raden Mas Sawarno Tjokrodiningrat namanya diganti lagi menjadi Komandan Daerah Kepolisian VII Jaya (Komdak VII Jaya). Pada tahun 1967 terjadi penggantian pangdak dari Irjen Polisi Drs Soebroto Brotodirdjo SH kepada Mayjen Polisi Drs. Soekahar. Saat itu kembali terjadi penggantian nama menjadi Komando Daerah Kepolisian Metro Jaya (Komdak Metro Jaya), Ini dilakukan setelah Gubernur Ali Sadikin menyatakan Kota Jakarta sebagai kota metropolitan.
Selanjutnya nama komdak Metro Jaya berubah lagi menjadi Kodak Metro Jaya. Pada saat itu Mayjen Pol Drs Widodo Budidarmo menjadi Kadapol Metro Jaya tahun 1970 nama Komdak Metro Jaya berubah menjadi Daerah Kepolisian Metro Jaya sampai tahun 1979. Tahun 1980 sampai sekarang Daerah Kepolisian Metro Jaya berubah kembali menjadi Kepolisian Daerah Metro Jaya (Polda Metro Jaya) dan sekitarnya.
Sejarah panjang Polda Metro Jaya telah melahirkan para perwira Kepolisian yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap masyarakat, termasuk melahirkan para kepala kepolisian daerah (Kapolda). Inilah para mantan Kapolda Metro Jaya.
• Komisaris Besar Polisi Tk IR. Ating Natadikusuma ( 6 Desember 1949 s/d Desember 1952 )
• Komisaris Besar Polisi Muhamad Suryo Pranoto ( 30 Desember 1952 s/d 6Juli 1961 )
• Brigjend Polisi M Suhud ( 6 Juli s/d 29 Febuari 1964 )
• Brigjend Polisi TAAzis ( 29 Febuari 1964 s/d 3Juni 1965 )
• Brigjend Polisi R. Sawarno Tjokrodiningrat ( 3 Juni 1965 s/d 3 Nopember 1965)
• Mayjend Polisi Drs. Sobroto Brotodirdjo SH ( 3 Nopember 1965 s/d 7 Desember 1967 )
• Mayjend Polisi Drs. Soekahar ( 7 Desember 1967 s/d 16 Febuari 1970 )
• Mayjend Polisi Drs. Widodo Budidarmo ( 16Febuari 1970 s/d 1974 )
• Mayjend Polisi Drs. Soetadi Ronodipuro (1974 s/d 1978 )
• Mayjend Polisi Drs. Kodrat Samadikoen (1978 s/d 1979 )
• Mayjend Polisi Anton Soedjarwo ( 1979 s/d 8Desember 1983 )
• Mayjend Polisi Drs. R. Soedjoko ( 8 Desember 83 s/d 25Oktober 1984 )
• Mayjend Polisi Soedarmadji ( 25 Oktober 1984 s/d 17juni 1986 )
• Mayjend Polisi Drs. Poedy Syamsoedin ( 17 Juni 1986 s/d 20 September 1989 )
• Mayjend Polisi Drs. MH Ritonga ( 20 September 1989 s/d 22 Agustus 1992 )
• Mayjend Polisi Drs. Banurusman ( 22 Agustus 1992 s/d 31 Maret 1993 )
• Mayjend Polisi Drs. Hindarto ( 31 Maret 1993 s/d januari 1995 )
• Mayjend Polisi Drs. Dibyo Widodo ( 17Januari 1997 s/d 19 Maret 1996 )
• Mayjend Polisi Drs. Hamami Nata ( 19 Maret 1996 s/d 17Januari 1998 )
• Mayjend Polisi Drs. Noegroho Djajoesman ( 1998 s/d 1999 )
• Mayjend Polisi Drs. Nurfaizi ( 1999 s/d 2000 )
• Irjend Polisi Drs. Mulyono Sulaiman ( 2000 s/d 2001 )
• Irjend Polisi Drs. M Sofjan Jacoeb MM ( 2001 s/d 2002 )
• Irjend Polisi Drs. R Makbul Padmanagara ( 2002 s/d 2004 )
• Irjend Polisi Drs. Firman Gani ( 2004 s/d 2006 )
• Irjend Polisi Drs. Adang Firman ( 2006 s/d 2008 )
Sumber data :
http://www.metro.polri.web.id/home/sejarah-singkat
DAERAH
METROPOLITAN JAKARTA RAYA DAN SEKITARNYA
Jl.Jenderal Sudirman Kav. 55 Jakarta Selatan 12190
Telp (021) 5234021, 5234217, 5234207 Fax 5708022
Pengaduan SMS 1717 dan Call 112
Admin
Tamansari
http://www.metro.polri.web.id/home/sejarah-singkat
polsek.metro.tamansari@metro.polri.web.id
citrabhayangkara@gmail.com
www.citrabhayangkara.blogspot.com
Lokasi Polda Metro Jaya
Peta Jakarta
Peta Jabodetabek
Sejarah Singkat Polda Metro Jaya
Cikal bakal Kepolisian Jakarta di bentuk oleh penjajah Belanda. Ini terjadi sejak penduduk Belanda terhadap bangsa Indonesia, jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Setelah Kemerdekaan Rl, pembentukan Kepolisian Kota Jakarta belum sepenuhnya dapat dilaksanakan Bangsa Indonesia, sebab, saat itu jawatan Kepolisian Negara masih sangat sederhana. Akibatnya, Kepolisian Kota Jakarta masih tetap melanjutkan system Kepolisian yang dibentuk pada masa pendudukkan Jepang, Inilah yang menyebabkan penulisan sejarah hari jadi Polda Metro Jaya diawali dari sejarah Kepolisian Batavia di tahun 1936 (sesuai Regeerings Almanak Halaman 287 Voor Nederlandsch Indie 1941 Tweede Gedeelte yang disusun Belanda selama berada di Indoneisa).
1. Hoofdbureau Van Politie Batavia
2. Penduduk Jepang
3. Pertempuran Kota Jakarta
4. Masa Awal Kemerdekaan (1945)
5. Agresi Belanda (1945-1949)
6. Hari Lahir Polda Metro Jaya
7. Kantor Polisi Komisariat Jaya Pindah
8. Perubahan Nama
9. Para Mantan Kapolda Metro Jaya
Sejarah Singkat Polda Metro Jaya
Cikal bakal Kepolisian Jakarta di bentuk oleh penjajah Belanda. Ini terjadi sejak penduduk Belanda terhadap bangsa Indonesia, jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Setelah Kemerdekaan Rl, pembentukan Kepolisian Kota Jakarta belum sepenuhnya dapat dilaksanakan Bangsa Indonesia, sebab, saat itu jawatan Kepolisian Negara masih sangat sederhana. Akibatnya, Kepolisian Kota Jakarta masih tetap melanjutkan system Kepolisian yang dibentuk pada masa pendudukkan Jepang, Inilah yang menyebabkan penulisan sejarah hari jadi Polda Metro Jaya diawali dari sejarah Kepolisian Batavia di tahun 1936 (sesuai Regeerings Almanak Halaman 287 Voor Nederlandsch Indie 1941 Tweede Gedeelte yang disusun Belanda selama berada di Indoneisa).
Hoofdbureau Van Politie Batavia
Di masa penjajahan Belanda, Kepolisian Daerah Jakarta disebut Hoofdbureau Van Politie Batavia atau Kantor Besar Kepolisian Jakarta. Letaknya di Jl. Medan Merdeka Barat (Koningsplein West). Berhadapan dengan Jl. Museum dan berdampingan dengan lapangan Ikada (sekarang sudah berubah menjadi Taman Monas). Saat itu Jakarta hanyalah sebuah Kota Keresidenan. Kantor Keresidenan Batavia berada di Gedung Fatahilah (sekarang Museum Fatahilah).
Pada tahun 1936 Kepala Polisi Batavia dijabat orang Belanda bernama Pieter Dekker dengan pangkat Hoofd Commisaris Van Politie dan wakilnya Adjunct Hoofd Commissaris Louise Dekker. Sementara anggotanya yang berpangkat Agen Polisi sampai Hoofd Posthuis Commandant merupakan pura-pura pribumi. Mereka memperoleh pendidikan langsung dari Belanda di Sekolah Polisi Sukabumi. Saat itu tak seorang pun putra Indonesia bisa menjadi Kepala Polisi. Bahkan, tak ada satu pun yang menjadi Kepala seksi (polsek) dan sub seksi (pos polisi).
Belanda membentuk Kepolisian Batavia, sama seperti di Kota lain di seluruh Nusantara. Yakni, untuk mencegah dan menanggulangi kasus kejahatan pidana maupun kejahatan ekonomi yang dilakukan para pribumi. Namun sering juga lembaga kepolisian (khususnya fungsi Intel PID) digunakan untuk mencegah berkembangnya pemikiran rakyat menuju kemerdekaan Bangsa Indoneisa. Sementara polisi lalulintas ditempatkan di pusat- pusat keramaian. Pusat perekonomian, bioskop, dan pasar. Mereka juga ditugaskan untuk mengatur dan mentertibkan sepeda-sepeda dijalanan di sekitar sekolah-sekolah Belanda.
Pada masa itu organisasi Kantor Besar Polisi Jakarta (Hoofdbureau Van Politie) masih sanggat sederhana. Gangguan terhadap kamtibmas pun tidak sekomplek sekarang. Fungsi kepolisian hanya sebatas Reserse Kriminal (Crimenele Recherse), Reserse Ekonomi (Economise Recherse Inlichtingen Dienst), Indentifikasi dan Fotografi (Dactyloscopic & Fotografie), Lalu Lintas (Voerwezen Verkeers Politie), Polisi Susila (Zeden Politie), dan Magazijn (perlengkapan), dan Bagian Administrasi (Administrate).
Kantor Besar Polisi Jakarta sendiri memiliki tujuan seksi (Politic Sectie dan Lima Rand Detaehement (Sub Sectie), Yaitu;
Polisi Seksi I : Tanjung Priok (Sekarang jalan Raya Pelabuhan)
Polisi Seksi II : Glodok (Sekarang Pusat Pertokoan)
Polisi Seksi III : Pasar Baru (Sekarang Pusat Pertokoan)
Polisi Seksi IV : Polsek Jati / Gambir (Sekarang Polsek Gambir jatibaru)
Polisi Seksi V : Menteng (Sekarang Polsek Menteng)
Polisi Seksi VI : Prapatan Kwitang (Sekarang Pos Brimob kemudian pindah ke Kramat Raya sekarang Polres Jakarta Pusat)
Polisi Seksi VII : Jatinegara (Sekarang Polres Jakarta Timur)
Sedangkan sub seksi (Rand Datachement 5) antara lain:
Pesing
Karet
Palmerah
CempakaPutih
Pasar Rebo
Di samping Kantor Besar Polisi Jakarta Raya yang berkedudukan di Koningsplein West, kota Jakarta masih memiliki satu Badan Kepolisian lain yaitu Kantor Polisi Keresidenan Kota (Veld Politie) yang meliputi wilayah:
Bekasi
Cililitan Besar
Tangerang (terdiri dari Seksi Kota Tangerang, Balaraja, Curug. dan Mauk)
Kebayoran (Sekarang Polres Jakarta Selatan).
Kependudukan Jepang
Pada 5 maret 1942 Batavia jatuh ke tangan tentara jepang. Tanggal 9 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda resmi meyerah tanpa syarat kepada tentara Dai Nippon. Kedatangan jepang ke Indonesia membawa dampak timbulnya semangat kebangsaan dan harga diri pada masyarakat, khususnya para pemuda Indonesia. Sehingga mendorong dan menimbulkan semangat untuk berjuang mewujudkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Sementara pihak jepang, begitu menguasai Indonesia langsung mengeluarkan Undang-undang No.42 Tahun 1942 tentang perubahan Tata Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Undang-undang ini Batavia yang tadinya hanya Kota Keresidenan berubah menjadi Kota Istimewa / Luar Biasa (Tokubestu Shi) dan langsung di bawah Kepala Pemerintahan Tentara Jepang (Gunseiken). Salah satu tugas pentingnya melaksanakan pemerintah dan sekaligus pengawas Kepala Kantor Besar Polisi Jakarta.
Kemudian Kepala Pemerintahan Tentara Jepang melalui Surat Maklumatnya menyatakan, mulai 8 Desember 1942, tepatnya pada hari pembangunan Asia Raya mengubah nama Batavia menjadi Jakarta, Memang, di awal pendudukannya, Jepang banyak mengubah system pemerintah yang dilakukan Belanda, walaupun tidak meyeluruh. Namun, stuktur dan susunan organisasi instansi masih banyak mengacu kepada peninggalan Belanda.
Demikian juga dengan kepolisian, Jepang membentuk Kantor Pusat Kepolisian di Jl. Juanda, Jakarta. Kantor pusat ini membawahi berbagai cabang sekolah-sekolah kepolisian dan badan-badan lain yang diangap perlu pada masa itu. Adapun organisasi Kepolisian yang di bentuk Jepang di Jakarta ialah Jawatan Kepolisian Negara (Keimbu) di Jl. Juanda. Kepala jawatannya dijabat Keisi R Kahar Koesman Sosro danukusumo.
Di Jakarta terdapat dua bagian Badan Kepolisian yang mempunyai wilayah tugas berbeda. Yaitu Kepolisian Istimewa Jakarta Kota dan Kepolisian Keresidenan Jakarta. Kepolisian Istimewa Jakarta Kota (Jakarta Tokubetsu Shi Keisatsu Sho) disamping Keisi Mas Rangga Sutandoko, yang membawahi tujuh seksi dan lima kantor polisi luar kota, yakni:
Seksi Tanjung Priok
Seksi Glodok / Pesing
Seksi Pasar Baru
Seksi Jati Baru/karet
Seksi Prapatan / CempakaPutih
Seksi Menteng
Seksi Jatinegara
Seksi Polisi Bekasi
Seksi Polisi Depok
Seksi Polisi Pasar Minggu / KramatJati
Seksi Polisi Tangerang
Seksi Polisi Kebayoran / Pal Merah
Kepolisian Keresidenan Jakarta (Jakarta Sun Keisatsu Sho) dipimpin oleh Kaisi R Said Tjokrodiatmodjo. Wilayah tugas meliputi:
Balaraja
Curug
Mauk
Tangerang (Luar)
Bekasi (Luar)
Kebayoran Lama
Cikarang
Cikampek
Subang
Pegaden Baru
Pamanukan
Sukamandi
Segala Herang
Disamping membentuk badan-badan kepolisian dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, jepang selanjutnya mengangkat Putra-putri Indonesia untuk menduduki jabatan-jabatan penting di kepolisian. Walaupun mereka diberikan jabatan Kepala Polisi, Jepang tidak melepaskan begitu saja kekuasaannya. Terbukti, Jepang mengangkat seseorang dari Kepolisian jepang sebagai Kempetai (semacam provost). Tugasnya, untuk mengawasi segala pelaksanaan tugas setiap Kepala Polisi Keresidenan, Kepala Polisi Kota dan Luar Kota serta kepa seksi-seksi dan sub seksi-seksi. Kempetai bergerak tidak di bawah pimpinan Kepolisian Kota Jakarta.
Setelah Jepang menyerah pada Sekutu, pada 19 Oktober 1949 di Gambir Timur No. 18 Jakarta diadakan persetujuan antara Polisi Jakarta yang diwakili oleh Kepala Polisi Jakarta M. Sidik Adisaputra dengan pimpinan Militery Police Sekutu, yang diwakili Mayor Harding, Kapten Smith, Mayor Masse, dan Kapten Baules. Intinya menghasilkan kesepakatan tentang kewenangan Polisi Jakarta di dalam tugasnya mengamankan Kota Jakarta. Ternyata kesepakatan ini tidak ditepati. Terbukti, banyak insiden dilakukan oleh MICA.
Lalu pada 17,18,19 Nopember 1945 Inggris / NICA menggerakan pasukan yang kuat dengan menggunakan tank-tank dan mobil berlapis baja, untuk membersihkan kawasan Senen, dengan sasaran utamanya Balai Muslim dan kantor polisi di Prapatan. Pertempuranpun tidak dapat dihindarkan dan menjalar keseluruh kota Jakarta, Petamburan, jalan Hotel Des Indes Capitol, Senen, Jatinegara, Tanah Tinggi, Raden Saleh, Cikini, Tanah Abang, Kebon Sirih, Petojo Jaga Monyet, dan lainnya. Pertempuran di Kota Jakarta ini merupakan salah satu aksi perjuangan tersebar dan terakhir di dalam Kota Jakarta.
Penyerbuan tentara Inggris / Belanda mencapai puncaknya pada 29 Desember 1945. Semua kantor - kantor lain di Jakarta dikepung serta diduduki Inggris. Kemudian senjatanya dilucuti dan beberapa anggota polisi Indonesia yang berada di jalan pun ditangkapi. Mereka kemudian ditahan di Kantor Besar Polisi Jakarta, termasuk diantaranya Kepala Kepolisian Negara (KKN) RS Soekarno bersama ajudannya IP II Subianto. Setelah adanya penolakan kerja sama antara Polisi Rl yang disampingkan R Said Soekanto Tjokrodiatmodjo kepala Komisaris Besar Polisi Belanda Noordhoorn,
Sejumlah polisi Indonesia yang ditangkapi dibebaskan tanpa melalui proses pemeriksaan. Sebagian lagi tetap ditahan dan baru dibebaskan setelah penyerahan kedaulatan Rl.
Setelah membubarkan polisi Republik Indonesia di Jakarta sebagai gantinya Belanda membentuk Polisi International yang disebut CP (Civil Police). Tugasnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban di Jakarta. Anggotanya terdiri dari orang Inggris, Belanda dan Indonesia, dengan masing-masing kekuatan 300 orang. Mereka ditempatkan di bagian-bagian terpisah dan menangani secara tersendiri perkara-perkara yang ada. Polisi dari Inggris bernama Letnan Kolonel Harding dibantu Komisaris Polisi Yusuf Martadilaga dari Polisi Republik Indonesia, dan Noordhoon Letnan Kolonel Kooistra dari Belanda.
Dengan bantuan tentara sekutu / inggris, dalam waktu singkat Belanda / NICA berhasil memperkuat kedudukannya di Jakarta. Daerah-daerah yang telah dikuasai Inggris secara berangsur-angsur dialihkan ke tangan Belanda. Sehingga posisi tentara Belanda di Jakarta semakin kuat saja. Sebaliknya Pemerintah Rl semakin terjepit.
Melihat keadaan Jakarta semakin panas, setelah adanya percobaan pembunuhan terhadap Perdana Menteri Sutan Syahrir oleh golongan ekstrimis Belanda, pada 2 januari 1946 petang, Pemerintah Rl mengambil keputusan untuk mengungsikan Presiden dan Wakil Presiden berserta keluarganya ke Yogyakarta. Lalu, Kepala Kepolisian Negara memerintahkan secara rahasia kepada Inspektur PoIisi II Mardjaman agar mengawal Presiden dan Wakil Presiden berserta keluarganya naik kereta api menuju Jawa Tengah. Inspektur Polisi Mardjaman berserta wakil Inspektur Polisi II Winata dengan satu seksi pasukan Polisi Istimewa melaksanakan tugas tersebut secara rahasia.
Saat bersamaan disetiap daerah yang didatangi pasukan Sekutu selalu terjadi insiden yang mengakibatkan pertempuran antara tentara Sekutu dengan Polisi Indonesia, yang dibantu rakyat Indonesia. Sementara intelejen Kepolisian Indonesia mendapat informasi bahwa Kemerdekaan Rl tidak akan diakui pihak Sekutu. Mendengar informasi tersebut tokoh-tokoh Kepolisian Rl mengadakan rapat untuk menentukan sikap terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi. Sikap Kepolisian Jakarta sendiri tegas dan jelas, yakin hanya mengakui kekuasaan Negara Republik Indonesia. Komisaris Polisi I R Kahar Koesman Sosrodanukusumo yang dipekerjakan Kejaksaan Agung dipilih untuk memimpin utusan yang akan memenuhi pimpinan tentara Inggris guna memberi penjelasan tentang sikap Kepolisian Rl.
Komisaris Polisi I R Kahar Koesman Sosrodanukusumo berhasil meyakinkan pimpinan tentara Inggris tentang kesungguhan sikap dan tekat Kepolisian Rl dan sebagai hasil-hasilnya ialah bahwa Kepolisian tetap menjalankan tugasnya dengan tetap memiliki alat-alat persenjataannya. Adapun tentara Jepang lambat laun di tarik dan diganti oleh tentara Inggris dengan Polisi Militernya, yang terdiri dari bangsa Inggris, India, dan Gurkah " Disamping membentuk badan-badan kepolisian dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, Jepang selanjutnya mengangkat Putra-putri Indonesia untuk menduduki jabatan-jabatan penting di kepolisian.
Walaupun mereka diberikan jabatan Kepala Polisi, Jepang tidak melepaskan begitu saja kekuasaannya"
Meski sekutu terus melakukan tekanan, pasukan Polisi Istimewa jawatan Kepolisian Negara Yang dipimpin Komisaris Polisi II Kenapi ditugaskan untuk menjaga keselamatan Presiden, Wakil Presiden, para mentri, dan Kepala Kepolisian Negara. Sementara Kepolisian kota Jakarta ditugaskan menyelengarakan dan memelihara keamanan serta ketertiban dalam Kota. Sedangkan Kepolisian keresidenan Jakarta menyelenggarakan pimpinan atas kesatuan-kesatuan polisi di seluruh Keresidenan Jakarta.
Jadi, dalam tiap-tiap Keresidenan Polisi dikepalai seorang Korpschef, yakni Kepala Polisi keresidenan. Kepala Polisi membawahi semua kepala polisi yang ada di lingkungan keresidenan, baik yang disebut Kepala Polisi Kabupaten, Kepala Polisi Luar Kota, Kepala Polisi Kota atau Kepala Datasemen. Sedangkan Kepala Polisi Keresidenan berada dibawah pengawasan teknis dari kepala Penilik Kepolisian, yang dibentuk di tiap-tiap propinsi.
Pertempuran Kota Jakarta
Walaupun Inggris sudah memberikan pengakuan resmi terhadap Kemerdekaan Rl tapi Bangsa Indonesia tetap curiga terhadap Inggris, yang ingin memulihkan kekuasan Belanda di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari berbagai provokasi NICA (Netherlands Indi Civil Administration) yang menyakitkan hati rakyat Indonesia serta memaksa pemerintah Rl dan Polisi Jakarta agar tunduk terhadap keinginan mereka. Melihat situasi ini, untuk sementara Kantor Polisi Keresidenan Jakarta Raya dan berserta anggotanya mengungsikan. Lalu, memindahkan kantornya ke subang, Jawa Barat sambil terus melakukan grilya bersama para pemuda Indonesia. (Wawancara dengan Kolonel Polisi (Purn) H. Koenoro).
Pengungsian dilakukan setelah banyak polisi RI di Jakarta ditangkap dan ditahan tentara Sekutu dan Belanda. Dari lokasi pengungsian, anggota polisi Jakarta terus melakukan perlawanan dan pertempuran grilya dengan membentuk Badan-badan Komando. Hal inilah yang kemudian mendorong Kepala Kepolisian Negara RS Soekanto menugaskan IP II R Mardjaman Tjokrodiredjo untuk duduk di dalam badan komando tersebut sebagai dukungan Kepolisian Rl terhadap Perjuangan Polisi Jakarta. Badan komando ini selalu berusaha untuk mempersenjatai pasukan-pasukan pemuda rakyat dan para polisi yang berperang grilya di Jakarta dan Kota-kota lain di seluruh lndonesia.
Saat itu Polisi di Jakarta sangat terkenal dengan barisan Polisi Macan, dengan pimpinan IP II Paimin Salikan. Terakhir, Paimin menjadi pelatih olah raga di Perguruan Tinggi llmu Kepolisian (PTIK).
Masa Awal Kemerdekaan (1945)
Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada 14 Agustus 1945, tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno dan Moh Hatta memproklamasikan. Kemerdekaan Republik Indonesia. Lalu, pada sidang hari kedua panitia Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan Jawatan Kepolisian Negara merupakan bagian dari Kementrian Dalam Negri. Ini terjadi pada 29 September 1945.
Pemerintah Rl mengangkat Komisaris Polisi Tk I Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo yang juga mantan pimpinan Sekolah Polisi Negara di Sukabumi sebagai Kepala Kepolisian Negara. Sejak itu mulai dilakukan suatu usaha pembentukan Kepolisian Nasional di Negara Republik Indonesia. Pada masa itu masalah transportasi dan komunikasi sangat sulit dilakukan. Belum ada sarana dan prasarana yang memadai, untuk mengkoordinasikan wilayah Republik Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Sehingga Jawatan Kepolisian Negara belum dapat melakukan kegiatan pembinaan maupun konsolidasi Daerah. Akibatnya, dalam mengembangkan dan meningkatkan organisasinya Kepolisian Daerah hanya berdasarkan kepada kemampuan, kecakapan, dan keberanian serta kebijaksanaan masing - masing pimpinan.
Agresi Belanda (1945-1949)
Tak lama setelah proklamasi Kemerdekaan Rl, tepatnya pada 16 September 1945 mendarat kapal perang Inggris bernama Cumberland, yang kemudian pada 29 September 1945 diikuti kapal perang Belanda bernama Tromp dengan Dr.Ch D Vanderplas di dalamnya. Lalu, pada 6 Oktober 1945, sebanyak 200 tentara Sekutu (Inggris), termasuk 100 serdadu Belanda dipimpin jenderal Sir Philip Christison mendarat lagi. Saat mendarat di Jakarta, tentara sekutu mengikutsertakan pejabat-pejabat NICA, di antaranya Vanderplas.
Pasukan Inggris memang sudah mengatur hal ini, sesuai dengan perjanjian antara Inggris dan Belanda di Cheouers (sebuah tempat di selatan London) pada 24 Agustus 1945, yang kemudian dikenal dengan nama Civil Affairs Agreement. Adapun bunyi perjanjian tersebut: "............ Telah tercapai kata sepakat, bahkan"
Kepala Pemerintah Tentara jepang melalui Surat Maklumatnya menyatakan, mulai 8 Desember 1942, tepatnya pada hari pembangunan Asia Raya nama Batavia di ubah menjadi Jakarta" Pemerintah Hindia Belanda, secepat dan sepraktis mungkin akan diberikan kembali tanggung jawab sepenuhnya atas Pemerintah Sipil di wilayah Hindia Belanda. Bila menurut pertimbangan situasi militer maka Panglima Tertinggi Sekutu akan segera memperintahkan Letnan Gubernur Jenderal untuk kembali bertangung jawab atas pemerintah sipil. Pemerintah Hindia Belanda. Dinas Administrasi serta peradilan Belanda dan Hindia Belanda, Dinas Administrasi serta peradilan Belanda dan Hindia Belanda akan dilaksanakan oleh pembesar-pembesar Hindia Belanda, sesuai dengan hukum yang berlaku di Hindia Belanda..."
Tentara Sekutu dan Bn yang awalnya telah mengakui secara de facto Pemerintah Rl sebagai hasil perundingan antara kedua belah pihak pada 1 Oktober 1945, ternyata sangatlah berlawanan dengan apa yang mereka perbuat bagi orang-orang Indonesia. Situasi ini membuat Soekarno memindahkan pemerintah Rl ke Yogyakarta. Pada 4 Januari 1946 sampailah dengan selamat para pemimpin RI di Yogyakarta. Mulai saat itu, secara resmi Pusat pemerintah Rl dipindahkan Ke Yogyakarta dengan perwakilannya di Jakarta. Demikian pula Kepolisian Negara mengikuti Departemen Dalam Negri berpindah ke Purwokerto. Sementara Kepolisian Keresidenan Jakarta memindahkan markasnya ke Subang, Jawa Barat.
Walaupun demikian Jakarta masih tetap pusat diplomasi Pemerintah Rl dengan Belanda dan negara-negara lain. Sebab, Perdana Mentri sutan Syahrir masih tetap berada di Jakarta. Untuk mempermudah koordinasi pada 1 Desember 1947, Jawatan Kepolisian Negara secara resmi ditetapkan berkedudukan dan berkantor satu atap dengan Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta di Jl. Reksabayan. Dalam upaya mengembangkan dan membangun serta memperlancar tugas Kepolisian Rl, pada 1 Juli 1946 melalui Penetapan Pemerintah No.11/SD/1946 jawatan Kepolisian dikeluarkan dari lingkungan Kementrian Dalam Negri dan dijadikan jawatan tersendiri, yang langsung di bawah pimpinan Perdana Mentri Rl.
Selanjutnya dikeluarkan Penetapan Pemerintah No.19A/SD/1946 yang menentukan Kepala Daerah (Gubernur dan presiden) tetap bertanggung jawab atas ketentraman dan Keamanan dalam daerah masing-masing dan sekaligus memegang kepolisian daerah. Dengan adanya penetapan tersebut, Kepolisian Negara Rl menjadikan sebagai Hari Kepolisian atau HUT Bhayangkara.
Hari Lahir Polda Metro Jaya
Sebelum penyerahan kedaulatan atas wilayah RI kepada Bangsa Indonesia melalui penandatangan naskah perjanjian antara Moh Hatta dengan Ratu Juliana di Belanda tanggal 27 Desember 1949, badan-badan kepolisian berangsur-angsur sudah diserah terimakan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Sebab itulah pada 6 Desember 1949 Kepala Kepolisian Negara membentuk Kepolisian Komisariat Jaya dan mengangkat Komisaris Basar Politik Tk I R Ating Natadikusuma sebagai kepala Kantor Komisariat Jaya, yang berkantor di Jl. Medan Barat.
Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah lahirnya Kepolisian Daerah Jakarta Raya dan sekitarnya (saat ini Polda Metro Jaya). Pada saat itu sebagian besar staf Kepolisian Jakarta masih orang Belanda, sehingga praktis Kepala Kantor Kepolisian Komisariat Jaya belum dapat berbuat banyak sesuai kebijakan Kepala Kepolisian Negara
Selanjutnya untuk menjaga keamanan dan ketertiban Kota Jakarta menjelang penyerahan kedaulatan, Kepolisian Jakarta diperkuat tiga Kompi Brimob, masing-masing dari Kepolisian Kota Surabaya, Kepolisian Jawa Tengah. dan Kepolisian Yogyakarta / Jawa Tengah.
Pada waktu itu, jenderal Polisi Soetjipto Danukusumo sebagai Komandan Mobile Brigade Kepolisian (MBK) turut serta mengantarkan satu kompi MBK. Mereka berangkat pada 15 Desember 1949 dari Surabaya ke Jakarta melalu Semarang.
"Sejalan dengan perencanaan tata kota Jakarta, pada tahun 1963 saat Brigjen M Suhud menjabat Kepala Polisi Komisariat Jaya, kantor Polisi Komisariat Jakarta Raya pindah ke Jl Sudirman No.45 Jakarta Selatan. Kepindahannya dilakukan bertahap. Awalnya, kantornya adalah bangunan berlantai dua yang menghadap ke lapangan sabhara (Bangunannya masih berdiri hingga kini)"
Beberapa hari kemudian muncul lagi satu Kompi Brimob dari Yogyakarta / Jawa Tengah dipimpin Inspektur Polisi R Soebroto Darsoprajitno. Ketiga Kompi Brimob ini bergabung menjadi satu di bawah pimpinan Komisaris Polisi Soedarsono dan wakilnya Inspektur Polisi Soetjipto joedodihardjo.
Kantor Polisi Komisariat Jaya Pindah
Sejalan dengan perencanaan tata kota Jakarta dimana Taman monas akan dijadikan paru-paru kota, maka pada tahun 1963 saat Brigjen M Suhud menjabat Kepala Polisi komisariat Jakarta Raya pindah ke Jl. Sudirman No. 55 Jakarta Selatan. Kepindahaannya dilakukan bertahap. Awalnya kantornya adalah bangunan berlantai dua yang menghadap ke lapangan Sabhara (bangunannya masih berdiri hingga kini).
Setelah itu presiden Soekarno menyediakan lahan seluas 17 hektar untuk membangun Kantor Polisi Komisariat Jakarta. Namun, dalam perkembangan pembangunannya ternyata lahan yang ada 7 hektar. Mengapa ini terjadi? Tidak seorangpun mengetahuinya (Arsip Ditlog Polri). Pada masa itu anggaran yang disiapkan untuk membangun gedung utama mencapai Rp. 4 miliar. Anggaran dikeluarkan Pada tahun 1967 terjadi penggantian pangdak dari Irjen Polisi Drs Soebroto Brotodirdjo SH kepada Mayjen Polisi Drs. Soekahar. Saat itu kembali terjadi penggantian nama menjadi Komando Daerah Kepolisian Metro Jaya (Komdak Metro Jaya). Ini dilakukan setelah Gubernur Ali Sadikin menyatakan Kota Jakarta sebagai kota metropolitan.
Direktur Keuanagan Mabes Polri KBP R Moh Saleh. Pada awal pembangunan kantornya di Jl Jenderal Sudirman 45, Kepala Komisariat dijabat Brigjend Raden Mas Sawarno Tjokrodiningrat. Pembangunannya dilaksanakan Abdul Kadir Kalabat seorang mayor purnawirawan TNI AD yang juga Dirut PT. Gatuni. Perusahaan ini merupakan rekanan Mabes Polri.
Sayangnya, pembangunan ini tidak berjalan lancar, sebab pada saat itu anggaran keuangan terbatas, sehingga mengalami kemacetan dalam pembayaran. Selain itu terjadi inflansi, sehingga perhitunggan anggaran di ulang dan disesuaikan dengan perubahan nilai mata uang rupiah. Akibatnya pembangunan gedung utama setinggi enam lantai baru selesai dibangun pada tahun 1970. saat itu. Mayjen Polisi Drs. Sukahar sebagai pangdak Metro Jaya. Pada saat selesai pembangunannya tidak dilakukan secara seremonial sebagai tanda peresmian dipakainya gedung baru tersebut. Setelah bangunan gedung utama selesai dua lantai, barulah ruangan Pangdak VII Jaya pindah ke ruangan lantai dua (hingga saat ini Kapolda Metro Jaya masih tetap mengunakannya sebagai ruangan kerja)
Perubahan Nama
Polda Metro Jaya sebelumnya telah beberapa kali mengalami penggantian nama. Dimasa pendudukan Belanda, Kantor Besar Kepolisian Jakarta disebut Hoofdbureau Van Politie. Setelah Jepang mengambil alih pemerintahan, Hoofdbureau Van Politie Batavia berubah nama menjadi Jakarta Tokubestsu Shi Kaisatsu Sho diambil alih oleh Polisi Republik dan namanya diubah menjadi Kantor Besar Polisi Jakarta. Menjelang belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia dibentuk kepolisian di Jakarta dengan nama Kantor Polisi Komisariat Jaya (Kapekomjaya).
Kemudian tahun 1965 pada saat Kepala Kantor Polisi Komisariat Jaya dijabat Brigjen Raden Mas Sawarno Tjokrodiningrat namanya diganti lagi menjadi Komandan Daerah Kepolisian VII Jaya (Komdak VII Jaya). Pada tahun 1967 terjadi penggantian pangdak dari Irjen Polisi Drs Soebroto Brotodirdjo SH kepada Mayjen Polisi Drs. Soekahar. Saat itu kembali terjadi penggantian nama menjadi Komando Daerah Kepolisian Metro Jaya (Komdak Metro Jaya), Ini dilakukan setelah Gubernur Ali Sadikin menyatakan Kota Jakarta sebagai kota metropolitan.
Selanjutnya nama komdak Metro Jaya berubah lagi menjadi Kodak Metro Jaya. Pada saat itu Mayjen Pol Drs Widodo Budidarmo menjadi Kadapol Metro Jaya tahun 1970 nama Komdak Metro Jaya berubah menjadi Daerah Kepolisian Metro Jaya sampai tahun 1979. Tahun 1980 sampai sekarang Daerah Kepolisian Metro Jaya berubah kembali menjadi Kepolisian Daerah Metro Jaya (Polda Metro Jaya) dan sekitarnya.
Sejarah panjang Polda Metro Jaya telah melahirkan para perwira Kepolisian yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap masyarakat, termasuk melahirkan para kepala kepolisian daerah (Kapolda). Inilah para mantan Kapolda Metro Jaya.
• Komisaris Besar Polisi Tk IR. Ating Natadikusuma ( 6 Desember 1949 s/d Desember 1952 )
• Komisaris Besar Polisi Muhamad Suryo Pranoto ( 30 Desember 1952 s/d 6Juli 1961 )
• Brigjend Polisi M Suhud ( 6 Juli s/d 29 Febuari 1964 )
• Brigjend Polisi TAAzis ( 29 Febuari 1964 s/d 3Juni 1965 )
• Brigjend Polisi R. Sawarno Tjokrodiningrat ( 3 Juni 1965 s/d 3 Nopember 1965)
• Mayjend Polisi Drs. Sobroto Brotodirdjo SH ( 3 Nopember 1965 s/d 7 Desember 1967 )
• Mayjend Polisi Drs. Soekahar ( 7 Desember 1967 s/d 16 Febuari 1970 )
• Mayjend Polisi Drs. Widodo Budidarmo ( 16Febuari 1970 s/d 1974 )
• Mayjend Polisi Drs. Soetadi Ronodipuro (1974 s/d 1978 )
• Mayjend Polisi Drs. Kodrat Samadikoen (1978 s/d 1979 )
• Mayjend Polisi Anton Soedjarwo ( 1979 s/d 8Desember 1983 )
• Mayjend Polisi Drs. R. Soedjoko ( 8 Desember 83 s/d 25Oktober 1984 )
• Mayjend Polisi Soedarmadji ( 25 Oktober 1984 s/d 17juni 1986 )
• Mayjend Polisi Drs. Poedy Syamsoedin ( 17 Juni 1986 s/d 20 September 1989 )
• Mayjend Polisi Drs. MH Ritonga ( 20 September 1989 s/d 22 Agustus 1992 )
• Mayjend Polisi Drs. Banurusman ( 22 Agustus 1992 s/d 31 Maret 1993 )
• Mayjend Polisi Drs. Hindarto ( 31 Maret 1993 s/d januari 1995 )
• Mayjend Polisi Drs. Dibyo Widodo ( 17Januari 1997 s/d 19 Maret 1996 )
• Mayjend Polisi Drs. Hamami Nata ( 19 Maret 1996 s/d 17Januari 1998 )
• Mayjend Polisi Drs. Noegroho Djajoesman ( 1998 s/d 1999 )
• Mayjend Polisi Drs. Nurfaizi ( 1999 s/d 2000 )
• Irjend Polisi Drs. Mulyono Sulaiman ( 2000 s/d 2001 )
• Irjend Polisi Drs. M Sofjan Jacoeb MM ( 2001 s/d 2002 )
• Irjend Polisi Drs. R Makbul Padmanagara ( 2002 s/d 2004 )
• Irjend Polisi Drs. Firman Gani ( 2004 s/d 2006 )
• Irjend Polisi Drs. Adang Firman ( 2006 s/d 2008 )
Sumber data :
http://www.metro.polri.web.id/home/sejarah-singkat
Daftar PolSek Metro DKI Jakarta
POLRES METRO JAKARTA BARAT 530-0330
Pelayanan Masyarakat 548-2371
Derek Pesing 565-8560
Pos Pol Tegal Alur 555-0969
Pos Lantas Kali deres 5439-0429
POLSEK METRO TAMAN SARI 649-0544
Pos Lantas Taman Sari 691-2487
Pos Pol Taman Sari 692-2740
Pos Pol Glodok 626-2757
Pospol Mangga Besar 70246060
POLSEK METRO TAMBORA 632-9732
Pos Pol Jembatan Lima 692-2952
Pos Pol Jembatan Besi 632-5481
Pos Pol Kopi 692-6717
Pos Pol Ketapang 633-6918
POLSEK METRO PALMERAH 5483667
Pos Pol Jati Pulo 568-1457
Pos Pol Petamburan 548-1376
POLSEK METRO CENGKARENG 545-9944
Pos Pol Cengkareng 545-9785
Pos Pol Rawa Buaya 544-0109
Pos Pol Kapuk 619-0596
Pos Pol Taman Palem 555-4444
POLSEK METRO TANJUNG DUREN 566-4810
Pos Pol Grogol 567-1123
Pos Pol Tomang 567-1934
Pos Pol Jelambar 1 566-4029
Pos Pol Jelambar 2 5696-6959
Pos Pol Jelambar 3 5697-9353
Pos Pol Jelambar 4 564-8444
POLSEK METRO KEMBANGAN 586-6555
Pos Lantas Pesing 566-4153
Pos Pol Taman Aries 585-4685
Pos Lantas Kembangan 587-1314
POLSEK METRO KEBON JERUK 548-3479
Pos Pol Pengumben 530-0457
Pos Pol Budi Raya 5367-0457
Pos Pol Kedoya Utara 581-8346
Pos Pol Kedoya Selatan 582-8469
POLRES METRO JAKARTA UTARA 4393-1017
4393-1055
Narkoba 4391-1758
Intelkam 437-4524
Lantas 4393-9034
Samapta 436-6632
POLSEK METRO KOJA 4393-1100
Pos Pol Tugu 4393-0286
Pos Pol Plumpang 4393-0148
Pos Pol Koja 4393-1390
POLSEK METRO PENJARINGAN 669-3773
Pos Pol Kamal Muara 559-0989
Pos Pol Kapuk Muara 667-0339
Pos Pol Pluit 669-2822
Pos Pol Muara Karang 6669-0839
Pos Pol Muara Baru 661-1024
Pos Pol Pantai Indah Kapuk 588-2629
Pos Pol BPL Pluit 666-1178
Pos Pol Pasar Angkasa 6669-6243
Pos Pol Pasar Ikan 6660-0171
Pos Pol Pluit Timur 669-5976
Pos Pol Jembatan Tiga 669-3155
POLSEK METRO PADEMANGAN 641-5152
Pos Pol Mangga Dua 692-8719
Pos Pol Bintang Mas 692-6710
Pos Pol Pademangan Barat 645-3472
Pos Pol Pademangan Timur 6471-1349
Pos Pol Ancol 6471-1514
POLSEK METRO PULAU SERIBU 440-9465
POLSEK METRO CILINCING 440-4640
Pos Pol Cilincing 440-2030
Pos Pol Semper Barat 441-0417
Pos Pol Kalibaru 440-1885
Pos Pol Sukapura 440-5018
Pos Pol KBN Cakung 4494-9212
Pos Pol Marunda 4485-0946
Pos Lantas Budi Darma 441-2758
POLSEK METRO TANJUNG PRIOK 4393-1680
Pos Pol Stasiun Tanjung Priok 4393-0068
Pos Pol Folker 4393-0057
Pos Pol Sunter 6530-5622
Pos Pol Podomoro 6471-2337
Pos Pol Sac nus (jl.Nusantara) 652-2271
POLSEK METRO KELAPA GADING 453-2439
Pos Pol Kelapa Gading Timur 4584-5465
POLRES METRO JAKARTA TIMUR 819-1476
Pelayanan Masyarakat 819-1478
Intelkam 851-5766
Serse 819-1638
Biro Operasi 819-0814
Derek 856-4604
POLSEK METRO PASAR REBO 871-8585
Pos Pol Gandaria 871-0360
POLSEK METRO MATRAMAN 858-3435
Pos Pol Kebon Sereh 856-3714
Pos Pol Utan Kayu 8516-2179
POLSEK METRO PULO GADUNG 489-2524
Pos Pol Kayu Putih 489-0128
Pos Pol Terminal Rawamangun 489-3437
Pos Pol Pulo Mas 489-3535
Pos Pol Pertokoan Pulo Mas 471-4099
Pos Pol Pemuda 4786-6953
Pos Pol Terminal Pulo Gadung 489-8687
POLSEK METRO CAKUNG 460-4348
Pos Pol Raya Bekasi 461-9064
Pos Pol Kawasan Industri 461-5075
Pos Pol Pulo Gebang 480-8688
POLSEK METRO MAKASAR 840-0757
Pos Pol Halim 809-2611
Pos Pol Kebon Pala 8080-9510
Pos Pol Cipinang Melayu 8660-8020
POLSEK METRO CIRACAS 840-3180
Pos Pol Kelapa Dua Wetan 8770-6699
Pos Pol Kp Rambutan 8779-9983
POLSEK METRO CIPAYUNG 8459-0237
Pos Pol Taman Mini 840-9442
POLSEK METRO KRAMAT JATI 8779-8145
Pos Pol Cililitan 800-0040
Pos Pol Pasar Induk 840-8130
POLSEK DUREN SAWIT 861-6138
Pos Pol Klender 8660-7887
Pos Pol Terminal Klender 860-7264
Pos Pol Pondok Kelapa 865-5151
POLSEK JATINEGARA 819-4757
Pos Pol Rawabening 819-3818
Pos Pol Kebon Nanas 819-7592
POLRES METRO JAKARTA SELATAN 720-6004
Pelayanan Masyarakat 720-6011
Intelkam 720-7619
Reskrim 720-6012
Narkoba 720-6009
Graha Purna Wira 720-3232
Derek 789-2672
POLSEK METRO KEBAYORAN LAMA
Pos Pol Pondok Indah 751-2175
Pos Pol Permata Hijau 548-1332
Pos Pol Kebayoran Lama 739-7826
POLSEK METRO TEBET 830-3552
Pos Pol Tebet Timur 830-3819
Pos Pol Manggarai 829-2813
Pos Pol Bukit Duri 829-7491
Pos Pol Kebon Baru 8370-1374
Pos Pol Menteng Dalam 8370-1376
POLSEK METRO SETIA BUDI 525-0072
Pos Pol Patra Jasa 527-9536
Pos Pol Pasar Rumput 830-8019
Pos Pol Kuningan 570-3388
POLSEK METRO MAMPANG PRAPATAN 798-7609
Pos Pol Kemang 7179-1575
POLSEK METRO PANCORAN 799-4221
Pos Pol Kalibata Indah 790-2881
Pos Pol TMP Kalibata 7919-5153
Pos Lantas Pancoran 799-2817
POLSEK METRO PASAR MINGGU 780-5444
Pos Pol Ragunan 780-6220
Pos Pol Pejaten Barat 719-7219
Pos Pol Ampera 7883-1817
POLSEK METRO CILANDAK 769-1000
Pos Pol Pondok Labu 751-3751
Pos Pol Lebak Bulus 766-7414
Pos Lantas Fatmawati 7591-0745
POLSEK METRO KEBAYORAN BARU 739-3234
Pos Pol Blok M Mall 724-5100
Pos Pol Senopati 722-1561
Pos Lantas Bundaran Senayan 7279-9009
POLSEK METRO CIPUTAT 741-0110
Pos Pol Serua 7463-1233
Pos Pol Cinere 7471-0030
Pos Pol Cirendeu 7470-6737
Pos Pol Bintaro 7388-0325
POLSEK METRO JAGAKARSA 786-4446
Pos Pol Lenteng Agung 780-1223
Pos Pol Ciganjur 787-2023
POLSEK METRO PAMULANG 743-2164
Pos Pol Pondok Cabe 740-1761
Pos Pol Pamulang 2 7463-0881
POLSEK METRO PASSANGGRAHAN 7388-6887
Pos Pol Petukangan Selatan 7369-2061
POLRES METRO JAKARTA PUSAT 390-0440
Pelayanan Masyarakat 390-9922
Command Center 3190-0900
Piket Lantas 390-9921
Reskrim 392-7592
Narkoba 3190-9057
Provost (Propam) 3190-2680
Intelkam 391-8388
POLSEK METRO GAMBIR 345-6422
Pos Pol Juanda 384-8709
Pos Pol Pecenongan 345-4365
Pos Pol Petojo 631-4366
Pos Pol Merdeka Barat 345-4364
Pos Pol Majapahit 345-4362
Pos Pol Roxy 631-2354
Pos Pol Monas Timur 345-8707
Pos Pol Krekot 385-4958
POLSEK METRO SAWAH BESAR 345-4363
Pos Pol Pasar Baru 381-4367
Pos Pol Mangga Dua Selatan 659-1143
Pos Pol Lap Banteng 381-4368
Pos Pol Samanhudi 384-6542
Pos Pol Rajawali 6585-0350
Pos Pol Kartini 601-1459
Pos Lantas Jembatan Merah 659-6792
POLSEK METRO KEMAYORAN 654-5878
Pos Pol Cempaka Mas 420-2541
Pos Pol Sumur Batu 424-1843
Pos Pol Utan Panjang 4388-3036
POLSEK METRO MENTENG 390-9162
Pos Pol Sabang 315-4371
Pos Pol Sarinah 314-1310
Pos Pol Thamrin 3190-1047
Pos Pol Cikini 310-6695
Pos Pol Latuharhary 315-4379
Pos Pol Taman Suropati 3193-5366
Pos Pol Cut Mutiah 3193-4370
POLSEK METRO TANAH ABANG 570-1585
Pos Pol Pejompongan 570-3027
Pos Pol Palmerah (Asia Afrika) 574-1726
Pos Pol Pasar Tanah Abang 314-3873
Pos Pol Benhil 573-1489
POLSEK METRO SENEN 420-9260
Pos Pol Pasar Senen 421-4929
Pos Pol Pasar Nangka 424-4345
Pos Pol Pasar Gaplok 391-8948
POLSEK METRO CEMPAKA PUTIH 424-0963
Pos Pol Achmad Yani 420-6499
Pos Pol Rawasari 424-3812
POLSEK METRO JOHAR BARU 424-1225
POLRES METRO KPPP 4393-2424
Bagian Operasional 4393-3728
Reskrim 4390-2210
Intelkam 4390-8857
POLSEK SUNDA KELAPA 693-0617
Pos Pol Muara Angke 662-3674
Pos Pol Muara Baru 6660-3664
POLSEK KALI BARU 440-5063
POLRES METRO BANDARA 550-7393
POLRES METRO BEKASI 884-1110
Sumber data dari : LewatMana.com
Pelayanan Masyarakat 548-2371
Derek Pesing 565-8560
Pos Pol Tegal Alur 555-0969
Pos Lantas Kali deres 5439-0429
POLSEK METRO TAMAN SARI 649-0544
Pos Lantas Taman Sari 691-2487
Pos Pol Taman Sari 692-2740
Pos Pol Glodok 626-2757
Pospol Mangga Besar 70246060
POLSEK METRO TAMBORA 632-9732
Pos Pol Jembatan Lima 692-2952
Pos Pol Jembatan Besi 632-5481
Pos Pol Kopi 692-6717
Pos Pol Ketapang 633-6918
POLSEK METRO PALMERAH 5483667
Pos Pol Jati Pulo 568-1457
Pos Pol Petamburan 548-1376
POLSEK METRO CENGKARENG 545-9944
Pos Pol Cengkareng 545-9785
Pos Pol Rawa Buaya 544-0109
Pos Pol Kapuk 619-0596
Pos Pol Taman Palem 555-4444
POLSEK METRO TANJUNG DUREN 566-4810
Pos Pol Grogol 567-1123
Pos Pol Tomang 567-1934
Pos Pol Jelambar 1 566-4029
Pos Pol Jelambar 2 5696-6959
Pos Pol Jelambar 3 5697-9353
Pos Pol Jelambar 4 564-8444
POLSEK METRO KEMBANGAN 586-6555
Pos Lantas Pesing 566-4153
Pos Pol Taman Aries 585-4685
Pos Lantas Kembangan 587-1314
POLSEK METRO KEBON JERUK 548-3479
Pos Pol Pengumben 530-0457
Pos Pol Budi Raya 5367-0457
Pos Pol Kedoya Utara 581-8346
Pos Pol Kedoya Selatan 582-8469
POLRES METRO JAKARTA UTARA 4393-1017
4393-1055
Narkoba 4391-1758
Intelkam 437-4524
Lantas 4393-9034
Samapta 436-6632
POLSEK METRO KOJA 4393-1100
Pos Pol Tugu 4393-0286
Pos Pol Plumpang 4393-0148
Pos Pol Koja 4393-1390
POLSEK METRO PENJARINGAN 669-3773
Pos Pol Kamal Muara 559-0989
Pos Pol Kapuk Muara 667-0339
Pos Pol Pluit 669-2822
Pos Pol Muara Karang 6669-0839
Pos Pol Muara Baru 661-1024
Pos Pol Pantai Indah Kapuk 588-2629
Pos Pol BPL Pluit 666-1178
Pos Pol Pasar Angkasa 6669-6243
Pos Pol Pasar Ikan 6660-0171
Pos Pol Pluit Timur 669-5976
Pos Pol Jembatan Tiga 669-3155
POLSEK METRO PADEMANGAN 641-5152
Pos Pol Mangga Dua 692-8719
Pos Pol Bintang Mas 692-6710
Pos Pol Pademangan Barat 645-3472
Pos Pol Pademangan Timur 6471-1349
Pos Pol Ancol 6471-1514
POLSEK METRO PULAU SERIBU 440-9465
POLSEK METRO CILINCING 440-4640
Pos Pol Cilincing 440-2030
Pos Pol Semper Barat 441-0417
Pos Pol Kalibaru 440-1885
Pos Pol Sukapura 440-5018
Pos Pol KBN Cakung 4494-9212
Pos Pol Marunda 4485-0946
Pos Lantas Budi Darma 441-2758
POLSEK METRO TANJUNG PRIOK 4393-1680
Pos Pol Stasiun Tanjung Priok 4393-0068
Pos Pol Folker 4393-0057
Pos Pol Sunter 6530-5622
Pos Pol Podomoro 6471-2337
Pos Pol Sac nus (jl.Nusantara) 652-2271
POLSEK METRO KELAPA GADING 453-2439
Pos Pol Kelapa Gading Timur 4584-5465
POLRES METRO JAKARTA TIMUR 819-1476
Pelayanan Masyarakat 819-1478
Intelkam 851-5766
Serse 819-1638
Biro Operasi 819-0814
Derek 856-4604
POLSEK METRO PASAR REBO 871-8585
Pos Pol Gandaria 871-0360
POLSEK METRO MATRAMAN 858-3435
Pos Pol Kebon Sereh 856-3714
Pos Pol Utan Kayu 8516-2179
POLSEK METRO PULO GADUNG 489-2524
Pos Pol Kayu Putih 489-0128
Pos Pol Terminal Rawamangun 489-3437
Pos Pol Pulo Mas 489-3535
Pos Pol Pertokoan Pulo Mas 471-4099
Pos Pol Pemuda 4786-6953
Pos Pol Terminal Pulo Gadung 489-8687
POLSEK METRO CAKUNG 460-4348
Pos Pol Raya Bekasi 461-9064
Pos Pol Kawasan Industri 461-5075
Pos Pol Pulo Gebang 480-8688
POLSEK METRO MAKASAR 840-0757
Pos Pol Halim 809-2611
Pos Pol Kebon Pala 8080-9510
Pos Pol Cipinang Melayu 8660-8020
POLSEK METRO CIRACAS 840-3180
Pos Pol Kelapa Dua Wetan 8770-6699
Pos Pol Kp Rambutan 8779-9983
POLSEK METRO CIPAYUNG 8459-0237
Pos Pol Taman Mini 840-9442
POLSEK METRO KRAMAT JATI 8779-8145
Pos Pol Cililitan 800-0040
Pos Pol Pasar Induk 840-8130
POLSEK DUREN SAWIT 861-6138
Pos Pol Klender 8660-7887
Pos Pol Terminal Klender 860-7264
Pos Pol Pondok Kelapa 865-5151
POLSEK JATINEGARA 819-4757
Pos Pol Rawabening 819-3818
Pos Pol Kebon Nanas 819-7592
POLRES METRO JAKARTA SELATAN 720-6004
Pelayanan Masyarakat 720-6011
Intelkam 720-7619
Reskrim 720-6012
Narkoba 720-6009
Graha Purna Wira 720-3232
Derek 789-2672
POLSEK METRO KEBAYORAN LAMA
Pos Pol Pondok Indah 751-2175
Pos Pol Permata Hijau 548-1332
Pos Pol Kebayoran Lama 739-7826
POLSEK METRO TEBET 830-3552
Pos Pol Tebet Timur 830-3819
Pos Pol Manggarai 829-2813
Pos Pol Bukit Duri 829-7491
Pos Pol Kebon Baru 8370-1374
Pos Pol Menteng Dalam 8370-1376
POLSEK METRO SETIA BUDI 525-0072
Pos Pol Patra Jasa 527-9536
Pos Pol Pasar Rumput 830-8019
Pos Pol Kuningan 570-3388
POLSEK METRO MAMPANG PRAPATAN 798-7609
Pos Pol Kemang 7179-1575
POLSEK METRO PANCORAN 799-4221
Pos Pol Kalibata Indah 790-2881
Pos Pol TMP Kalibata 7919-5153
Pos Lantas Pancoran 799-2817
POLSEK METRO PASAR MINGGU 780-5444
Pos Pol Ragunan 780-6220
Pos Pol Pejaten Barat 719-7219
Pos Pol Ampera 7883-1817
POLSEK METRO CILANDAK 769-1000
Pos Pol Pondok Labu 751-3751
Pos Pol Lebak Bulus 766-7414
Pos Lantas Fatmawati 7591-0745
POLSEK METRO KEBAYORAN BARU 739-3234
Pos Pol Blok M Mall 724-5100
Pos Pol Senopati 722-1561
Pos Lantas Bundaran Senayan 7279-9009
POLSEK METRO CIPUTAT 741-0110
Pos Pol Serua 7463-1233
Pos Pol Cinere 7471-0030
Pos Pol Cirendeu 7470-6737
Pos Pol Bintaro 7388-0325
POLSEK METRO JAGAKARSA 786-4446
Pos Pol Lenteng Agung 780-1223
Pos Pol Ciganjur 787-2023
POLSEK METRO PAMULANG 743-2164
Pos Pol Pondok Cabe 740-1761
Pos Pol Pamulang 2 7463-0881
POLSEK METRO PASSANGGRAHAN 7388-6887
Pos Pol Petukangan Selatan 7369-2061
POLRES METRO JAKARTA PUSAT 390-0440
Pelayanan Masyarakat 390-9922
Command Center 3190-0900
Piket Lantas 390-9921
Reskrim 392-7592
Narkoba 3190-9057
Provost (Propam) 3190-2680
Intelkam 391-8388
POLSEK METRO GAMBIR 345-6422
Pos Pol Juanda 384-8709
Pos Pol Pecenongan 345-4365
Pos Pol Petojo 631-4366
Pos Pol Merdeka Barat 345-4364
Pos Pol Majapahit 345-4362
Pos Pol Roxy 631-2354
Pos Pol Monas Timur 345-8707
Pos Pol Krekot 385-4958
POLSEK METRO SAWAH BESAR 345-4363
Pos Pol Pasar Baru 381-4367
Pos Pol Mangga Dua Selatan 659-1143
Pos Pol Lap Banteng 381-4368
Pos Pol Samanhudi 384-6542
Pos Pol Rajawali 6585-0350
Pos Pol Kartini 601-1459
Pos Lantas Jembatan Merah 659-6792
POLSEK METRO KEMAYORAN 654-5878
Pos Pol Cempaka Mas 420-2541
Pos Pol Sumur Batu 424-1843
Pos Pol Utan Panjang 4388-3036
POLSEK METRO MENTENG 390-9162
Pos Pol Sabang 315-4371
Pos Pol Sarinah 314-1310
Pos Pol Thamrin 3190-1047
Pos Pol Cikini 310-6695
Pos Pol Latuharhary 315-4379
Pos Pol Taman Suropati 3193-5366
Pos Pol Cut Mutiah 3193-4370
POLSEK METRO TANAH ABANG 570-1585
Pos Pol Pejompongan 570-3027
Pos Pol Palmerah (Asia Afrika) 574-1726
Pos Pol Pasar Tanah Abang 314-3873
Pos Pol Benhil 573-1489
POLSEK METRO SENEN 420-9260
Pos Pol Pasar Senen 421-4929
Pos Pol Pasar Nangka 424-4345
Pos Pol Pasar Gaplok 391-8948
POLSEK METRO CEMPAKA PUTIH 424-0963
Pos Pol Achmad Yani 420-6499
Pos Pol Rawasari 424-3812
POLSEK METRO JOHAR BARU 424-1225
POLRES METRO KPPP 4393-2424
Bagian Operasional 4393-3728
Reskrim 4390-2210
Intelkam 4390-8857
POLSEK SUNDA KELAPA 693-0617
Pos Pol Muara Angke 662-3674
Pos Pol Muara Baru 6660-3664
POLSEK KALI BARU 440-5063
POLRES METRO BANDARA 550-7393
POLRES METRO BEKASI 884-1110
Sumber data dari : LewatMana.com
Selasa, 18 Mei 2010
Struktur Pengurus Organisasi Citra Bhayangkara Polsek Metro Tamansari
Struktur Pengurus Organisasi Citra Bhayangkara
Polsek Metro Tamansari
Jakarta Barat
( mulai 01 Mei 2010 )
Pembina Citra Bhayangkara Sekecamatan Taman Sari:
- KaPolSek Metro Taman Sari : Kompol Zain Dwi Nugroho, SH, Sik( Taman 1)
- WaKaPolsek Metro Taman Sari : AKP Sukatma SH ( Taman 2 )
Pengurus Tingkat Sektor :
Ketua Sektor : Yasin W.S, Bsc ( 2 Ambon)
Wakil Ketua Sektor : A Lili ( 2 Bandung )
Penasehat :
- Sugianto.W (2 Pati 1)
- Frans Wongkar (2 Pati 2)
- Rudy Widjaja (2 Pati 3)
Sekertaris :
- Ir.Hiendrianto Firdaus ( 2 Cepu 1 )
Bendahara :
- Wong Effendi (2 Demak)
- Winanto Soemanto (2 Demak1)
Humas :
- Syarifudin ( 2 Halong )
- Iwan Dayan ( 2 Halong 1 )
Monitoring :
- M.Agus Salim (2 Medan)
- Zazuli (2Medan1)
Operasional :
- Abdurrahim ( 2 Opak )
- M.Erik Widodo (2 Opak1)
Struktur Pengurus Organisasi Citra Bhayangkara
Tingkat Sub Sektor Sekecamatan Taman Sari :
Kel.Pinangsia :
• Pembina : Aiptu Mardi ( Taman 25 )
• Ketua : Jimmy Sutedja ( 25 Ambon )
• Wakil 1 : Hary Gunawan (25 Bandung)
• Wakil 2 : Nelvin Lam (25 Bandung 1)
• Sekertaris 1 : Adam Pasarali ( 25 Cepu )
• Sekertaris 2 : Maya Susiyanah (25 Cepu1)
• Bendahara 1 : Bahrudin ( 25 Demak )
• Bendahara 2 : Novita Kurniawan (25 Demak 1)
Kel. Glodok :
• Pembina : Aiptu Widodo As ( Taman 26 )
• Penasehat : Djin Man Koen ( 26 Pati )
• K e t u a : Abdul Kodir (26 Ambon )
• W a k i l : - Alex Lengga ( 26 Bandung )
- Oey Sie Sit/Sidik ( 26 Bandung 1 )
• Sekertaris : Ricky (Lie Swan Laij) ( 26 Cepu )
• Ali Saada (26 Cepu 1 )
• Bendahara: Oktaviana Livia Yusuf / Ling2 ( 26 Demak )
• Humas : Endang Dul Halim ( 26 Halong )
• Monitoring : Lie Suhardi / Denny ( 26 Medan )
• Operasional: - Dakrip ( 26 Opak )
• - Rusmani.F.Idris ( 26 Opak 2 )
Kel.Mangga Besar :
• Pembina : Aiptu Srijanto ( Taman 27 )
• K e t u a : Uba Saputra ( 27 Ambon )
• W a k i l : - SyahBudin ( 27 Bandung )
• Penasehat: Tjoe Kiki ( 27 Pati )
• H u m a s : Ujang Surya Atmaja ( 27 Halong )
Kel.Tangki :
• Pembina : Bripka Suyoto ( Taman 28 )
• K e t u a : Eki ( 28 Ambon )
• W a k i l : Kimiawan ( 28 Bandung )
• Sekertaris: Anwar Yasin ( 28.3 Timur )
• Humas : - Saari ( 28 Solo )
• - Rodjali bin Djamin ( 28.7 Bandung )
Kel. Keagungan :
• Pembina : Aiptu Pramono ( Taman 29 )
• K e t u a : M.Suntana E.S ( 29 Ambon )
• W a k i l : Muchtar Idin ( 29 Bandung )
• Sekertaris : - B. Achyudin ( 29 Cepu )
• - Reni Rosmawati Indah ( 29 Cepu 1 )
• Bendahara: - Endang Dahyar ( 29 Demak )
• - Kasjim ( 29 Demak 1 )
• H u m a s : - Sugiarto ( 29 Halong )
• - Joko Sarwono ( 29 Halong 1 )
• - Mahmud ( 29 Halong 2 )
• Monitoring: - Deddy Haryadi, Bsc ( 29 Medan )
• - Bayu Sapta Ajie ( 29 Medan 1 )
• - Deddy Haryadi, Bsc (29 Medan 2)
• Operasional: - Stevan Juandha Yusuf ( 29 Opak 1 )
Kel.Krukut :
• Pembina : Aiptu Sukitman ( Taman 2.10)
• K e t u a : Tan Hong Djin /Willy ( 2.10 Ambon )
• W a k i l : Andrie Kurniawan ( 2.10 Bandung )
• Sekertaris: Fahmi ( 2.10 Cepu )
• Bendahara: Wendy Wijaya ( 2.10 Demak )
• H u m a s : Bandar Ab.Salim ( 2.10 Halong )
• Monitoring: Ach Gojali ( 2.10 Medan 1 )
Kel. Taman Sari :
• Pembina : Bripka Muchtar ( Taman 2.11 )
• K e t u a : Herwanto Sukardi ( 2.11 Ambon )
• W a k i l : Irwansyah ( 2.11 Bandung )
• - Rendy Yuriza ( 2.11 Bandung 1)
• Sekertaris: Asmadi Ursi ( 2.11 Cepu )
• H u m a s : - M.Soleh ( 2.11 Flores )
• Operasional:- Herman Wijaya ( 2.11 Irian)
• - Irwansyah ( 2.11 Jepara )
Kel. Maphar :
• Pembina : Bripka Hendro Sutanto SH (Taman 212 )
• K e t u a : Denywanto Apandi/Papi ( 2.12 Ambon )
• Penasehat : Febrian Sanjaya/Agam ( 2.12 Pati)
• Wakil : Deddy Suhendra (212 Bandung1)
• Wakil 2 : Wito Lesmana (2.12 Bandung 1)
• Sekertaris : Drs John Ramli ( 2.12 Cepu )
• Yohanna (2.12 Cepu 1 )
• Bendahara: Khouw Shao Min ( 2.12 Demak )
• H u m a s : Kosen Sulaiman ( 2.12 Halong )
• Kosen Sulaiman (2.12 Halong 1 )
• Monitoring : Tjia Tjeng Hok (2.12 Medan)
• Johnny Melawi T (2.12 Medan 1 )
• Narya (2.12 Medan 2 )
• Operasional: M.Agus Syafrudin ( 2.12 Opak )
• Tjong Wie Liat/Alex (2.12 Opak 1 )
• Warianto (2.12 Opak 2 )
Jakarta, 18 Mei 2010
Sekertaris Citra Bhayangkara Polsek Metro Taman Sari
Ir. Hiendrianto Firdaus
(Taman 2 Cepu 1)
Polsek Metro Tamansari
Jakarta Barat
( mulai 01 Mei 2010 )
Pembina Citra Bhayangkara Sekecamatan Taman Sari:
- KaPolSek Metro Taman Sari : Kompol Zain Dwi Nugroho, SH, Sik( Taman 1)
- WaKaPolsek Metro Taman Sari : AKP Sukatma SH ( Taman 2 )
Pengurus Tingkat Sektor :
Ketua Sektor : Yasin W.S, Bsc ( 2 Ambon)
Wakil Ketua Sektor : A Lili ( 2 Bandung )
Penasehat :
- Sugianto.W (2 Pati 1)
- Frans Wongkar (2 Pati 2)
- Rudy Widjaja (2 Pati 3)
Sekertaris :
- Ir.Hiendrianto Firdaus ( 2 Cepu 1 )
Bendahara :
- Wong Effendi (2 Demak)
- Winanto Soemanto (2 Demak1)
Humas :
- Syarifudin ( 2 Halong )
- Iwan Dayan ( 2 Halong 1 )
Monitoring :
- M.Agus Salim (2 Medan)
- Zazuli (2Medan1)
Operasional :
- Abdurrahim ( 2 Opak )
- M.Erik Widodo (2 Opak1)
Struktur Pengurus Organisasi Citra Bhayangkara
Tingkat Sub Sektor Sekecamatan Taman Sari :
Kel.Pinangsia :
• Pembina : Aiptu Mardi ( Taman 25 )
• Ketua : Jimmy Sutedja ( 25 Ambon )
• Wakil 1 : Hary Gunawan (25 Bandung)
• Wakil 2 : Nelvin Lam (25 Bandung 1)
• Sekertaris 1 : Adam Pasarali ( 25 Cepu )
• Sekertaris 2 : Maya Susiyanah (25 Cepu1)
• Bendahara 1 : Bahrudin ( 25 Demak )
• Bendahara 2 : Novita Kurniawan (25 Demak 1)
Kel. Glodok :
• Pembina : Aiptu Widodo As ( Taman 26 )
• Penasehat : Djin Man Koen ( 26 Pati )
• K e t u a : Abdul Kodir (26 Ambon )
• W a k i l : - Alex Lengga ( 26 Bandung )
- Oey Sie Sit/Sidik ( 26 Bandung 1 )
• Sekertaris : Ricky (Lie Swan Laij) ( 26 Cepu )
• Ali Saada (26 Cepu 1 )
• Bendahara: Oktaviana Livia Yusuf / Ling2 ( 26 Demak )
• Humas : Endang Dul Halim ( 26 Halong )
• Monitoring : Lie Suhardi / Denny ( 26 Medan )
• Operasional: - Dakrip ( 26 Opak )
• - Rusmani.F.Idris ( 26 Opak 2 )
Kel.Mangga Besar :
• Pembina : Aiptu Srijanto ( Taman 27 )
• K e t u a : Uba Saputra ( 27 Ambon )
• W a k i l : - SyahBudin ( 27 Bandung )
• Penasehat: Tjoe Kiki ( 27 Pati )
• H u m a s : Ujang Surya Atmaja ( 27 Halong )
Kel.Tangki :
• Pembina : Bripka Suyoto ( Taman 28 )
• K e t u a : Eki ( 28 Ambon )
• W a k i l : Kimiawan ( 28 Bandung )
• Sekertaris: Anwar Yasin ( 28.3 Timur )
• Humas : - Saari ( 28 Solo )
• - Rodjali bin Djamin ( 28.7 Bandung )
Kel. Keagungan :
• Pembina : Aiptu Pramono ( Taman 29 )
• K e t u a : M.Suntana E.S ( 29 Ambon )
• W a k i l : Muchtar Idin ( 29 Bandung )
• Sekertaris : - B. Achyudin ( 29 Cepu )
• - Reni Rosmawati Indah ( 29 Cepu 1 )
• Bendahara: - Endang Dahyar ( 29 Demak )
• - Kasjim ( 29 Demak 1 )
• H u m a s : - Sugiarto ( 29 Halong )
• - Joko Sarwono ( 29 Halong 1 )
• - Mahmud ( 29 Halong 2 )
• Monitoring: - Deddy Haryadi, Bsc ( 29 Medan )
• - Bayu Sapta Ajie ( 29 Medan 1 )
• - Deddy Haryadi, Bsc (29 Medan 2)
• Operasional: - Stevan Juandha Yusuf ( 29 Opak 1 )
Kel.Krukut :
• Pembina : Aiptu Sukitman ( Taman 2.10)
• K e t u a : Tan Hong Djin /Willy ( 2.10 Ambon )
• W a k i l : Andrie Kurniawan ( 2.10 Bandung )
• Sekertaris: Fahmi ( 2.10 Cepu )
• Bendahara: Wendy Wijaya ( 2.10 Demak )
• H u m a s : Bandar Ab.Salim ( 2.10 Halong )
• Monitoring: Ach Gojali ( 2.10 Medan 1 )
Kel. Taman Sari :
• Pembina : Bripka Muchtar ( Taman 2.11 )
• K e t u a : Herwanto Sukardi ( 2.11 Ambon )
• W a k i l : Irwansyah ( 2.11 Bandung )
• - Rendy Yuriza ( 2.11 Bandung 1)
• Sekertaris: Asmadi Ursi ( 2.11 Cepu )
• H u m a s : - M.Soleh ( 2.11 Flores )
• Operasional:- Herman Wijaya ( 2.11 Irian)
• - Irwansyah ( 2.11 Jepara )
Kel. Maphar :
• Pembina : Bripka Hendro Sutanto SH (Taman 212 )
• K e t u a : Denywanto Apandi/Papi ( 2.12 Ambon )
• Penasehat : Febrian Sanjaya/Agam ( 2.12 Pati)
• Wakil : Deddy Suhendra (212 Bandung1)
• Wakil 2 : Wito Lesmana (2.12 Bandung 1)
• Sekertaris : Drs John Ramli ( 2.12 Cepu )
• Yohanna (2.12 Cepu 1 )
• Bendahara: Khouw Shao Min ( 2.12 Demak )
• H u m a s : Kosen Sulaiman ( 2.12 Halong )
• Kosen Sulaiman (2.12 Halong 1 )
• Monitoring : Tjia Tjeng Hok (2.12 Medan)
• Johnny Melawi T (2.12 Medan 1 )
• Narya (2.12 Medan 2 )
• Operasional: M.Agus Syafrudin ( 2.12 Opak )
• Tjong Wie Liat/Alex (2.12 Opak 1 )
• Warianto (2.12 Opak 2 )
Jakarta, 18 Mei 2010
Sekertaris Citra Bhayangkara Polsek Metro Taman Sari
Ir. Hiendrianto Firdaus
(Taman 2 Cepu 1)
Langganan:
Postingan (Atom)